REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Anggota DPR RI Komisi IX Ripka Tjiptaning meminta Menteri Kesehatan (Menkes) untuk rutin mengunjungi kamp isolasi Warga Negara Indonesia (WNI) di Natuna. Menurutnya, hal itu dilakukan guna menurunkan kekhawatiran warga setempat akan potensi penularan virus corona di daerah tersebut.
"Kalau saya jadi Menkes untuk membuktikan dengan warga di sana, saya akan tidur di sana bersama rakyat Natuna," kata Ripka Tjiptaning di Bandung, Ahad (2/2).
Dia mengatakan, kehadiran Menteri Terawan Agus Putranto di lokasi karantina akan membuktikan kesalahan akan kekhawatiran warga. Dia melanjutkan, masyarakat sekitar akan berbalik berpikir bahwa virus tersebut memang tidak perlu mendapatkan kekhawatiran yang berlebihan.
Hal tersebut diungkapkan Riepka menyusul adanya penolakan dari warga Natuna yang tak ingin kawasan mereka dijadikan lokasi karantina WNI dari Wuhan, China. Dia berpendapat bahwa sebetulnya tidak ada masalah terkait lokasi tersebut.
Dia meminta masyarakat sekitar untuk tidak mengeluarkan kekhawatiran berlebih akan pemyebaran virus corona dari para WNI itu. Legislator PDIP itu mengatakan, kesehatan WNI yang dikeluarkan dari Wuhan sudah disterilisasi dan dimonitor di China sebelum dibawa ke Tanah Air.
"Saya kira warga Natuna tidak usah terlalu ketakutan ya. Pemerintah sudah bisa menanganinya hanya memang kampamye (dampak) corona itu terlalu berlebihan jadi terlihat menakutkan sekali," katanya.
Dia mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga kondisi tubuh dan menjaga kebersihan tempat tinggal sebagai langkah kewaspadaan guna meminimalisir penuenaran virus tersebut. Dia mengatakan, virus corona tidak akan mempengaruhi sembarang orang jika individu tersebut tidak berada dalam kondisi yang lemah.
Dia kembali meminta pemerintah untuk menyosialisasikan kemampuan mereka menangani virus corona kepada masyarakat. Dia menekankan, hal itu dilakukan agar warga tidak merasa ketakutan.
"Penolakan ada karena sosialisasi dan meyakinkannya itu kurang mantap, mungkin kalau pemerintah mengatakan 'saya tidur bersama rakyat di sini, saya membuktikan bahwa tidak akan ada satupun yang kena corona," katanya.
Penolakan warga Natuna berdasar pada kedekatan jarak bandara dengan lokasi penduduk, sekitar dua kilometer. Meskipun nantinya akan ditempatkan di kawasan lain, namun cek kesehatan tentu tetap dilakukan di hangar bandara terlebih dahulu.
Mereka meminta kepada pemerintah pusat untuk mempertimbangkan kembali menjadikan Pulau Natuna sebagai lokasi karantina. Sebab selama ini akses dan fasilitas kesehatan warga Natuna sangat terbatas. Apalagi ketika Coronavirus masuk ke Natuna, setelah proses karantina selesai, tentu akan sangat sulit bagi warga mencari pengobatan.