REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Kebakaran hutan yang mengancam ibu kota Australia, Canberra, selama akhir pekan telah dapat dikendalikan, Ahad (2/2). Kondisi panas dan kebakaran yang mulai mereda membuat pihak berwenang mencabut status darurat.
"Kita mungkin perlu kembali ke status darurat jika situasinya mengharuskannya," kata Kepala pemerintahan di Australian Capital Territory (ACT), Andrew Barr.
Beberapa hari yang lalu, kebakaran melanda 55 ribu hektare lahan, seperempat wilayah di ibu kota Australia. Kondisi itu membuat pemerintah setempat mendeklarasikan status darurat, sehingga memberi wewenang lebih besar kepada otoritas untuk memerintahkan evakuasi, menutup jalan, dan mengambil alih properti karena api mengancam daerah pinggiran kota.
Setelah panas mulai mereda, maka pernyataan berbahaya pun dicabut kembali, meski sewaktu-waktu kondisi itu bisa saja kembali diberlakukan. Barr pun menegaskan, ancaman kebakaran belum berakhir dan mungkin akan timbul dalam beberapa minggu ke depan.
Status darurat kebakaran di Canberra tersebut merupakan pertama kalinya sejak 2003. Ketika itu status darurat diberlakukan karena kebakaran menghancurkan hampir 500 rumah dan menyebabkan empat orang tewas.
Namun, dalam kasus kali ini, kebakaran yang membahayakan ibu kota itu bisa lebih dikendalikan. Kondisi berbahaya mulai mereda karena turun hujan.
Musim kebakaran yang berkepanjangan di Australia telah menewaskan 33 orang dan diperkirakan 1 miliar hewan tewas sejak September. Sekitar 2.500 rumah telah hancur dan lebih dari 11,7 juta hektare hutan semak kering hangus.
Kebakaran di ujung selatan ibu kota Australia juga melintas ke negara bagian New South Wales (NSW) dan menghancurkan beberapa rumah. Menurut petugas, 70 titik api terbakar di seluruh NSW pada Ahad sore.
NSW Health mengeluarkan pernyataan yang mengatakan kualitas udara akan buruk di beberapa wilayah negara bagian, termasuk Sydney. Kondisi tersebut terjadi karena kombinasi asap api dan debu yang bertiup dari daerah yang dilanda kekeringan.
Penduduk yang terkena dampak itu didesak untuk tetap di dalam rumah dan meminimalkan aktivitas fisik. Terlebih bagi mereka dengan kondisi pernapasan dan kardiovaskular kronis.