REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jendral (Sekjen) Pengurus Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengaku kehilangan dengan kepergian pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH Salahuddin Wahid alias Gus Sholah. Dia menilai, almarhum sosok yang terbuka dan egaliter.
"Gus Sholah adalah salah satu ulama dan tokoh NU (Nadhlatul Ulama) yang sangat dekat dengan berbagai kalangan," kata Abdul Mu'ti di Jakarta, Ahad (2/2).
Dia mengatakan, Gus Solah juga merupakan sosok yang dekat dengan Muhammadiyah dan kerap menghadiri berbagai acara Muhammadiyah.
Menurutnya, Gus Sholah dalam bergaul tidak membedakan usia. Dia juga biasa berlaku hangat dengan siapa-siapa saja meskipun terpau usia yang relatif jauh.
Almarhum adalah sosok yang sederhana dan bersahaja. Secara pribadi, dia mengaku bahwa karakter inilah yang membuat dirnya terkesan dan hingga Gus Sholah menjadi teladan bagi umat dan bangsa.
Dia mengatakan, meski terpaut usia yang jauh namun komunikasi dirnya dengan Gus Solah seperti tidak ada jarak. Abdul Mu'ti mengaku kerap berdiskusi masalah keumatan dan kebangsaan bersama Gus Sholah. "Bahkan, saking dekatnya, beliau sering cerita dapurnya NU," katanya.
"Secara pribadi dan atas nama PP Muhammadiyah saya menyampaikan duka cita yang sedalam-dalamnya atas wafatnya Gus Solah. Kami merasa sangat kehilangan. Semoga beliau husnul hatimah dan mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah," katanya.
Seperti diketahui, Gus Solah menghembuskan nafas terakhirnya sekitar pukul 20.55 WIB. Kabar meninggalnya Gus Solah dikonfirmasi oleh anaknya, Ipang Wahid.
Rencananya, jenazah Gus Solah akan dimakamkan di pemakaman keluarga di pesantren Tebu Ireng di Jombang, Jawa Timur. Ipang Wahid mengatakan, jenazah Gus Solah akan dimakamkan pada Senin (3/2) sekitar pukul 16.00 WIB.