Senin 03 Feb 2020 15:14 WIB

Wabah Virus Corona, Airlangga Dorong Ekspor di Luar China

Pasar ekspor terbesar Indonesia bukan ke China

Rep: Mimi Kartika/ Red: Nidia Zuraya
Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)
Foto: sustainabilityninja.com
Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah masih akan melihat dampak terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa pekan ke depan terkait wabah virus corona di China. Menurut dia, Indonesia dapat memperkuat pasar domestik dan pasar ekspor ke negara lain di luar China sambil mencari alternatif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Jadi kuncinya adalah domestic market kita perkuat, kemudian yan kedua ekspor market kita yang di luar China kita dorong sambil kita mencari impor substitusi apakah dengan produksi, maka dgn demikian laih pihak kita menspending kita tingkatkan, sehingga fungsi drpada anggaran pemerintah turut mendorong pertumbuhan," ujar Airlangga dalam seminar nasional di Jakarta, Senin (3/2).

Baca Juga

Sebab, kata dia, ekspor terbesar Indonesia bukan ke China dan 56 persen ekonomi Tanah Air pun tergantung pasar domestik. Sehingga ia optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia tak akan signifikan terpengaruh wabah virus corona.

"Jadi itu yang membuat kita optimis kita ekspor terbesar itu ke pasar yamg tradisional Amerika, kemudian Eropa," kata Airlangga.

Namun, lanjut dia, sektor pariwisata lah yang akan terdampak karena pelarangan turis asal China masuk ke Indonesia untuk menghindari penyebaran virus corona. Seperti negara lain yang melakukan hal serupa bahkan sudah dua minggu terakhir melarang orang-orang yang pernah berkunjung ke China untuk masuk ke negaranya.

"Kecuali satu yang kita agak concern yaitu terkait dengan tourism, tourism dari China juga menjadi bagian yang tumbuh besar terhadap tourism di Indonesia," tutur Airlangga.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto memprediksi virus corona yang mewabah di China akan mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia. Kontribusi turis China ke Indonesia mencapai sekitar 12 persen pada 2019.

"Kalau kita lihat ada larangan kunjungan dari Pemerintah China untuk bepergian ke negara lain dan ada juga larangan dari Indonesia, pasti nanti akan berdampak. Kalau ada larangan, pasti berpengaruh," kata Kepala BPS Suhariyanto di Jakarta, Senin (3/2).

Suhariyanto menyampaikan sepanjang Januari-Desember 2019, kedatangan turis asal China mencapai 12 persen dari total kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia yang mencapai 16,11 juta kunjungan.

Artinya terdapat 2 juta kunjungan turis asal China ke Indonesia sepanjang tahun lalu. Angka ini turun tipis dari 2,1 juta kunjungan pada 2018.

"Jadi 12 persen itu kan se-perdelapannya dari 16,11 juta. Pasti akan berpengaruhi," kata Suhariyanto.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement