Senin 03 Feb 2020 21:57 WIB

Jelang Olimpiade, Isu Terorisme Jadi Perhatian Utama Jepang

Olimpiade akan berlangsung di Tokyo dari 24 Juli sampai 9 Agustus.

Logo Olimpiade 2020 Jepang.
Foto: AP Photo/Eugene Hoshiko
Logo Olimpiade 2020 Jepang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ancaman terorisme jadi perhatian utama Pemerintah Jepang menjelang perhelatan Olimpiade 2020. Mengingat jutaan warga negara asing dari berbagai negara akan berkunjung ke Negeri Sakura untuk menghadiri pesta olahraga dunia tersebut. Olimpiade akan berlangsung di Tokyo dari 24 Juli sampai 9 Agustus.

Pernyataan itu disampaikan oleh Kepala Bidang Politik Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia, Susumu Takonai, saat membuka acara "Regional Expert Meeting on Comprehensive and Tailored Strategies for Prosecution, Rehabilitation, and Reintegration of Persons Allegedly Associated with Terrorist Groups" di Jakarta, Senin (3/2).

Baca Juga

Pertemuan itu dihadiri para ahli untuk membahas pemulangan orang terduga teroris. "Saat Olimpiade berlangsung, kami menanti kedatangan ribuan warga asing, baik itu dari perwakilan pemerintah, para atlet, tamu-tamu kehormatan dan turis untuk datang ke Jepang. Oleh karena itu, Pemerintah Jepang menempatkan isu penanggulangan terorisme sebagai prioritas, dan kami berharap ada kerja sama internasional yang dibangun untuk membahas dan menghadapi masalah tersebut," kata Takonai.

Takonai mengatakan Pemerintah Jepang senantiasa mendukung tiap program terkait aksi penanggulangan terorisme, baik di tingkat kawasan maupun dunia. Termasuk di antaranya mendanai pertemuan para ahli dan praktisi penanggulangan terorisme di Asia Tenggara, yang diadakan pada Senin sampai Rabu (5/2).

Pertemuan itu, yang diselenggarakan oleh Komite Antiterorisme Perserikatan Bangsa-Bangsa (CTED) dan Pemerintah Indonesia, diikuti oleh para ahli dan praktisi dari berbagai negara di Asia Tenggara, di antaranya Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Singapura.

"Suatu kebanggaan bagi kami untuk mendukung pertemuan ini," kata Takonai.

Dalam kesempatan yang sama, Koordinator Bidang Hukum dan Pengadilan CTED, Marc Porret, sebagai penyelenggara acara, mengatakan pertemuan itu bertujuan jadi ajang diskusi untuk bertukar pengalaman antarnegara serta mencari solusi menangani orang terduga teroris serta para petempur ekstremis asing (foreign terrorist fighter).

"Kami berharap dapat mengumpulkan pengalaman-pengalaman banyak negara dalam menangani orang terduga teroris serta aksi kontraterorisme di masing-masing negara peserta diskusi," kata Porret.

Sejak dua tahun lalu, Pemerintah Jepang telah berupaya melakukan sejumlah langkah pencegahan terorisme menjelang perhelatan Olimpiade dan Paralimpiade di Tokyo, salah satu di antaranya mendirikan pusat informasi kontraterorisme pada 1 Agustus 2018. Pusat informasi itu dibentuk sebagai wadah koordinasi untuk sejumlah lembaga negara di Jepang terkait aksi pencegahan dan penanggulangan terorisme.

Di samping itu, pada Desember 2019, Pasukan Bela Diri Jepang dan militer India menggelar latihan bersama untuk mengantisipasi ancaman terorisme.

Juga pada Desember, otoritas Jepang turut melatih sejumlah anjing, beberapa di antaranya berjenis Labrador dan Beagle, untuk ikut mengamankan sejumlah fasilitas umum, seperti stasiun kereta dan halte bus, selama perhelatan pesta olahraga empat tahunan itu berlangsung di Tokyo tahun ini.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement