REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rohaniawan Katolik, Benny Susetyo, mengaku merasa kehilangan atas meninggalnya Pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Salahuddin Wahid (Gus Sholah). Ia menuturkan bahwa Gus Sholah adalah sosok yang memperjuangkan nilai demokrasi dan pluralisme.
"Beliau konsisten dalam masalah memperjuangkan nilai kemanusian yang universal dan selalu berupaya menjaga agar bangsa ini selalu tunduk konsitusi," kata Benny kepada Republika, Senin (3/2).
Ia juga mengenang kebersamaannya dengan Gus Sholah saat bertemu dengan para uskup papua untuk mencari solusi perdamaian. Terakhir bersama, Gus Sholah ikut dalam gerakan moral para tokoh lintas agama untuk mengingatkan kekuasaan agar bertindak adil.
"Sejak itu perjumpaan cukup intensif mengatasi konflik Ambon dan Poso bersama dengan tim lintas agama," ujarnya.
Anggota Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) itu juga menilai Gus Sholah adalah tokoh yang berpikir jernih mencermati dinamika bangsa. Benny mengungkapkan, dalam sebuah dialog jelang pilres Gus Sholah berpesan agar bangsa tetap menjaga bhineka tungal ika dan mendepankan rekonsiliasi.
Almarhum Gus Sholah wafat pada Ahad malam sekitar jam 21.00 WIB di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta. Sebelumnya, tokoh Nahdlatul Ulama itu dikabarkan sedang dalam keadaan kritis di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta pada Ahad (2/2) sore. Almarhum kemudian dimakamkan di kampung halamannya di Jombang, Jawa Timur, Senin (3/1) sore