REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) melihat ada peluang bagi Indonesia untuk memanfaatkan kekosongan komoditas asal China di pasar internasional. Hal itu menyusul kebijakan sejumlah negara untuk membatasi diri dari aktivitas transportasi dari dan menuju China. Kebijakan itu otomatis ikut menyetop importasi produk asal China ke sejumlah negara.
"Saya kira di sini ada peluang untuk memanfaatkan ceruk pasar ekspor di negara negara lain yang sebelumnya banyak mengimpor produk yang sama dari RRT (China). Saya juga melihat hal ini memberikan momentum bagi industri substitusi impor di dalam negeri untuk meningkatkan produksi berbagai produk yang sebelumnya diimpor dari Tiongkok," kata Jokowi dalam sambutan rapat terbatas level menteri di Istana Bogor, Selasa (4/2).
Presiden Jokowi pun meminta jajaran menteri bidang ekonomi untuk memetakan pasar yang bisa dipenetrasi oleh komoditas ekspor asal Indonesia. Indonesia perlu menjajaki negara-negara yang kini tak lagi mengimpor produk asal China akibat wabah virus corona (2019-nCoV).
Sementara terkait hubungan dagang antara Indonesia dan China, pemerintah belum menerbitkan kebijakan final. Presiden Jokowi masih mempertimbangkan relasi dagang kedua negara yang cukup erat selama ini.
Jokowi membeberkan, China merupakan tujuan ekspor utama Indonesia dengan pangsa pasar 16,6 persen dari seluruh nilai ekspor nasional. Berdasarkan data dari Trade map, pada 2018 nilai ekspor Indonesia ke China mencapai 17,126 miliar dolar AS dari total nilai ekspor Indonesia senilai 180,215 miliar dolar AS. Nilai ekspor tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2016 dan 2017 yang masing-masing 16,785 miliar dolar AS dan 23,049 miliar dolar AS.
"Tapi juga sekaligus (China) negara asal impor terbesar Indonesia. Karena itu betul-betul harus diantisipasi dampak dari virus corona dan perlambatan ekonomi di China terhadap produk ekspor kita," kata Jokowi.