Rabu 05 Feb 2020 08:02 WIB

Kematian Akibat Virus Corona di China Hampir 500 Orang

Jutaan warga di China diisolasi demi hentikan penyebaran virus corona.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Kematian Akibat Virus Corona di China Hampir 500 Orang. Seorang pekerja dengan pakaian pelindung disemprot cairan desinfektan saat keluar dari hotel yang digunakan sebagai tempat isolasi warga di Wuhan, Hubei, China.
Foto: Chinatopix via AP Photo
Kematian Akibat Virus Corona di China Hampir 500 Orang. Seorang pekerja dengan pakaian pelindung disemprot cairan desinfektan saat keluar dari hotel yang digunakan sebagai tempat isolasi warga di Wuhan, Hubei, China.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China melaporkan kenaikan jumlah kematian yang dikonfirmasi dari wabah virus corona baru menjadi hampir 500 orang. Sementara jutaan orang lainnya di China diperintahkan tetap tinggal di dalam rumah.

Dilansir di Channel News Asia, Rabu (5/2), jumlah korban meninggal yang dikonfirmasi di daratan China naik menjadi 490 setelah provinsi Hubei kembali melaporkan 65 orang meninggal akibat virus corona. Ini merupakan penghitungan satu hari terbesar sejak kematian pertama muncul bulan lalu.

Baca Juga

Lebih dari 20 negara telah mengonfirmasi kasus-kasus virus korona. Dua kematian dilaporkan berada di luar China, yakni di Hong Kong dan Filipina. Hal itu kemudian mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan darurat kesehatan global, beberapa pemerintah melembagakan pembatasan perjalanan. Maskapai penerbangan menangguhkan penerbangan ke dan dari China.

WHO mengatakan langkah dramatis yang diambil oleh China telah memberikan peluang untuk menghentikan penularan. WHO juga menyerukan lebih banyak solidaritas global untuk memerangi virus yang berawal dari kota Wuhan, Provinsi Hubei, China.

Virus corona baru terus menyebar di berbagai negara. Singapura, Malaysia, dan Thailand melaporkan infeksi baru yang tidak dibawa dari China.

Dalam kekhawatiran yang berkembang tentang penyebaran ke daerah metropolitan China berpenduduk padat lainnya, pihak berwenang di tiga kota di provinsi Zhejiang timur, termasuk satu di dekat Shanghai membatasi jumlah orang yang diizinkan meninggalkan rumah mereka. Tiga distrik di Hangzhou termasuk daerah di mana kantor utama raksasa teknologi China, Alibaba berada, kini hanya mengizinkan satu orang per rumah tangga pergi ke luar setiap dua hari untuk membeli kebutuhan. Isolasi ini memengaruhi sekitar tiga juta orang.

Kota tersebut berjarak 175 Km barat daya dari pusat keuangan Shanghai, yang telah melaporkan lebih dari 200 kasus, termasuk satu kematian. Sementara itu, Zhejiang telah mengonfirmasi 829 kasus. Angka ini adalah jumlah tertinggi di luar provinsi pusat Hubei.

Penyakit ini diyakini telah muncul pada Desember di pasar Wuhan yang menjual hewan liar, dan menyebar dengan cepat ketika orang bepergian untuk liburan Tahun Baru Imlek pada Januari. China hingga detik ini masih berjuang untuk menahan virus itu meskipun memberlakukan tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya, termasuk secara virtual mengunci lebih dari 50 juta orang di Hubei.

Kendati demikian, WHO mengatakan wabah itu belum merupakan pandemi. Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, menuduh negara-negara kaya gagal dalam tugasnya berbagi data. "Dari 176 kasus yang dilaporkan di luar China sejauh ini, WHO telah menerima formulir laporan kasus lengkap hanya 38 persen," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement