Rabu 05 Feb 2020 14:16 WIB

Natuna Minta Kompensasi, Istana: Usulan Kami Catat

Natuna minta kompensasi usai menjadi lokasi karantina WNI di Wuhan.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Teguh Firmansyah
Sejumlah Warga Negara Indonesia (WNI) asal Wuhan, Hubei, China beraktivitas di depan Hanggar Pangkalan Udara Raden Sadjad, Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, Selasa (4/2/2020).
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Sejumlah Warga Negara Indonesia (WNI) asal Wuhan, Hubei, China beraktivitas di depan Hanggar Pangkalan Udara Raden Sadjad, Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, Selasa (4/2/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Istana Kepresidenan menerima usulan Pemerintah Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau terkait diberikannya kompensasi kepada warga setempat.

Permintaan kompensasi ini muncul setelah Natuna dipilih pemerintah pusat sebagai lokasi observasi kesehatan bagi warga negara Indonesia (WNI) eks Provinsi Hubei, Cina yang kembali ke Tanah Air.

Baca Juga

"Usulan tersebut akan kami catat dan mudah-mudahan bisa dipertimbangkan lebih jauh," ujar Juru Bicara Presiden, Fadjroel Rachman, di kompleks istana kepresidenan Jakarta, Rabu (6/2).

Pemerintah, ujar Fadjroel, juga menjamin keterbukaan informasi mengenai perkembangan terkini observasi terhadap WNI eks Hubei di Natuna. Menurut rencana awal, observasi kesehatan akan dilakukan paling tidak 14 hari. "Tetapi secara teknis kapan akan dirilis, itu tergantung Menteri Kesehatan," ujar Fadjroel.

Sebelumnya, Bupati Natuna Abdul Hamid Rizal meminta kompensasi dari pemerintah karena wilayahnya menjadi lokasi observasi 238 warga negara Indonesia (WNI) dari Wuhan, Cina. Mereka akan diobservasi selama 14 hari di Natuna, Kepulauan Riau.

Ia menjelaskan kompensasi yang diinginkan, yakni pemerintah membangun rumah sakit dengan peralatan yang lengkap di Natuna. Dengan demikian, warganya memiliki fasilitas kesehatan yang baik.

"Betul (minta kompensasi), yang jelas kami minta nanti dibangun rumah sakit yang lebih lengkap," ujar Abdul di Gedung Nusantara I, Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (4/2).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement