REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proyek 35 ribu megawatt yang semula ditargetkan selesai pada 2025 mendatang kenyataannya akan mundur di 2029. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi yang semula diperkirakaan melejit, stagnan hingga saat ini.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan, Kementerian ESDM, Rida Mulyana menjelaskan memang rencana penyelesaian proyek 35 GW yang semula ditargetkan 2025 karena asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen. Kenyataannya, pertumbuhan ekonomi masih diangka 5 persen.
“Saya denger dulu 35 ribu MW dirancang dengan asumsi 7-8 persen (pertumbuhan ekonomi). Pertumbuhan listrik 1,2 kali. Sementara pertumbuhan ekonomis sekarang sekitar 5 persen, kenyataan seperti itu. Tapi memang ada perlambatan sampai 2029. Kan prediksi awal pertumbuhan ekonomi,” ujar Rida di DPR, Rabu (5/2).
Rida menjelaskan pertumbuhan ekonomi yang stagnan ini membuat apabila PLN dan IPP menyelesaikan proyek 35 GW maka berpotensi adanya overcapacity. Hal ini malah akan membuat PLN merugi. Apalagi, kata Rida demand dan konsumsi listrik hari ini masih rendah.
"Pertumbuhan listriknya aja cuman 4,5 persen. Kalau misalnya sesuai ekspektasi dalam pembangunannya malah akan babak belur," ujar Rida.
Ia pun menjelaskan selain membangun 35 GW, saat ini fokus PLN juga untuk merampungkan persoalan transmisi dan distribusi. Ia menjelaskan, transmisi dan distribusi ini akan meningkatkan konektivitas sehingga nantinya sistem kelistrikan di Indonesia akan tersambung.
“Over kapasitas nyata, adalah bagaimana ini disalurkan. Makanya fokus ke transmisi dan distribusi. Tidak meninggalkan sepenuhnya pembangkit, bagaimana membangun transmisi interkoneksi antar wilayah,” ujar Rida.