REPUBLIKA.CO.ID, ROMA – Paus Fransiskus merayakan satu tahun pertama deklarasi bersama Katolik-Muslim ihwal persaudaraan umat manusia.
Dia meyakini bahwa deklarasi itu akan membawa umat ke masa depan yang bebas dari kebencian, sakit hati, ekstrimisme maupun terorisme.
"Saya menyapa semua yang hadir, terutama kepada orang-orang yang telah menolong atas dasar kemanusiaan kepada mereka yang miskin, sakit, tertindas dan lemah, tanpa memandang agama, warna kulit atau rasnya," kata Paus lewat video yang ditayangkan saat perayaan deklarasi itu di Abu Dhabi, Selasa (4/1).
Paus mengingatkan kembali bahwa dirinya dan Imam Besar Al-Azhar, Dr Ahmed Al-Tayeb menandatangani dokumen persaudaraan umat manusia itu juga di Abu Dhabi pada tahun lalu.
"Sebuah deklarasi persaudaraan manusia untuk perdamaian dan kehidupan bersama yang mengutuk tindakan pembunuhan, pengusiran, terorisme, dan penindasan yang mengatasnamakan tuhan." ungkap Paus.
Paus menegaskan agama tidak boleh digunakan untuk menghasut perang, sikap benci, permusuhan dan exstrimisme, maupun menghasut kekerasan atau pertumpahan darah.
"Realistis tragis demikian adalah konsekuensi dari proses pengajaran agama yang menyimpang," ucapnya dikutip Breitbart.
Untuk itu, lanjut Paus, semua pihak harus berhenti menggunakan agama untuk menghasut tindakan-tindakan yang tak dibenarkan ajaran agama tersebut. Dia meminta semua pihak tidak menggunakan nama tuhan untuk membenarkan tindakan pembunuhan, pengasingan, terorisme, dan penindasan.
"Untuk masa depan yang lebih baik untuk umat manusia, masa depan yang bebas dari kebencian, dendam, ekstremisme, serta terorisme, di mana nilai-nilai kedamaian, cinta dan persaudaraan menang," ucap Paus menyampaikan harapannya atas deklarasi bersama itu.