REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT MRT Jakarta menggandeng Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam kerja sama pertukaran informasi mengenai informasi cuaca untuk mengantisipasi lebih dini potensi bencana alam guna meningkatkan aspek keselamatan.
“Dengan kerja sama pertukaran informasi, kami bisa mendapatkan informasi dan melakukan langkah-langkah antisipasi dan mitigasi dalam kaitan operasi MRT Jakarta dan untuk konstruksi kita ingin mendapatkan data yang lebih dini dan lebih valid tentang gejala-gejala alam yang berdampak keselamatan dan keamanan MRT Jakarta,” kata Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar dalam sambutannya di Jakarta, Rabu (5/2).
William menambahkan pihaknya sudah memiliki pengalaman penanganan banjir pada awal tahun 2020 dan akan lebih bisa diantisipasi lagi karena sistem informasi dari MRT dan BMKG sudah terkoneksi. “Sebenarnya sudah bisa melakukan ‘point to point coordinatoon’, tidak lagi melalui pakai Whatsapp. Kantor BMKG terhubungkan kita bisa mendapatkan informasi lebih awal dan lebih valid,” katanya.
Termasuk, lanjut William, untuk pendeteksian gempa di mana pada akhir tahun lalu terjadi gempa dengan magnitudo enam skala richter, namun tidak terasa di bagian bawah tanah jalur MRT.
“Ada kejadian akhir tahun lalu, mencapai enam skala richter, tidak ada goncangan di bawah, tidak bergerak kemungkinan ada di kedalaman, jadi struktur dia lebih solid. Dengan kerja sama ini kita koordinasikan pengaruhnya seperti apa fenomena-fenomena, bagian apa yang kita kembangkan, inovasi struktur bawah tanah yang digunakan bertransportasi untuk mengangkut ribuan penumpang, sehingga aspek-aspek itu dipelajari,” katanya.
Selain itu, lanjut dia, kerja sama tersebut juga sebagai langkah awal untuk mempersiapkan konstruksi proyek MRT Fase II agar lebih bisa dicegah potensi bencana alam mengingat 30 hingga 40 meter terowongan akan melintasi wilayah Jakarta Utara di mana kawasan pantai.
“Hal-hal seperti ini perlu diantisipasi lebih awal, bukan pada saat operasi, tapi pada saat konstruksi, bahkan perencanaan. Mudah-mudahan ada sistem modeling nanti, tadi juga Ibu Kepala BMKG menawarkan kerja sama kita sambut sangat baik,” katanya.
Potensi kerja sama lanjutan tersebut, yakni dengan pegawai Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang menempuh studi pascasarjana di Universitas Gadjah Mada dan tengah meneliti terkait jembatan dan terowongan di mana hasil risetnya bisa diimplementasikan di proyek MRT, terutama terkait terowongan dan jembatan.
Dalam kesempatan sama, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan dengan kerja sama tersebut informasi yang dikirimkan akan lebih cepat karena langsung melalui sistem peladen (server) masing-masing.
“Sebetulnya sebelum kerja sama ini informasi MKG sudah bisa diakses okeh MRT hanya sebatas digital gadget atau buka website masih ada manual. Sekarang ini meningkatkan kecepatan untuk meningkatkan jalur informasi harus dari server ke server sehingga petugas masih sibuk, sistem sudah saling kerja bareng menghasilkan analisis keamanan dengan kecepatan lebih dini,” katanya.
Terkait dengan potensi gempa, Dwikorita mengatakan pihaknya tengah mempelajari agar bisa dipersiapkan untuk antisipasinya, sehingga masyarakat lebih waspada dan hati-hati. “Kami sedang menyiapkan observasi kondisi kegempaan di Jakarta melalui data-data, gerakan-gerakan aktivitas kegempaan. Alat itu bisa merasakan, kami pelajari menggunakan agar bisa memprediksi, meskipun gempa tidak bisa diprediksi, namun agar kita lebih waspada dan hati-hati,” katanya.