Kamis 06 Feb 2020 04:11 WIB

Pemimpin Arab Dukung Rencana Damai Trump Disebut Pengkhianat

Khamenei mengkritik pemimpin Arab yang mendukung rencana perdamaian dari Trump.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei
Foto: AP
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengkritik para pemimpin negara Arab yang mendukung rencana perdamaian Timur Tengah buatan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Khamenei menyebut mereka sebagai pengkhianat.

"Jangan melihat kehadiran beberapa kepala negara Arab yang pengkhianat untuk 'Kesepakatan Abad Ini (rencana perdamaian Timur Tengah Trump)'. Mereka tidak kompeten dan tidak memiliki rasa hormat di antara bangsanya sendiri," kata Khamenei melalui akun Twitter resminya pada Rabu (5/2).

Baca Juga

Khamenei tidak menyinggung atau menyebut siapa saja pemimpin negara Arab yang dimaksud. Namun, pernyataannya menegaskan dukungan dan komitmen terhadap perjuangan Palestina.

Pada Selasa (4/2) lalu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas melakukan percakapan via telepon dengan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif. Mereka membahas serta mendiskusikan tentang rencana perdamaian Timur Tengah yang digagas Trump.

"Zarif menggarisbawahi posisi tegas Iran yang menolak kesepakatan itu dan mendukung hak-hak rakyat Palestina yang tidak dapat dicabut untuk menentukan nasib sendiri serta menciptakan negara merdeka dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya," kata kata kantor berita Palestina, WAFA, dalam laporannya.

Pada kesempatan itu, Abbas memberi tahu Zarif tentang tindakan atau langkah yang akan diambil Palestina di arena internasional sehubungan dengan rencana perdamaian Trump. Hal itu bertujuan menciptakan konsensus internasional untuk menggagalkan kesepakatan.

Pekan lalu, Trump telah mengumumkan rencana perdamaian Timur Tengah-nya, termasuk untuk konflik Israel-Palestina. Namun, rencana itu menuai banyak kritik dan protes.

Trump dinilai memprioritaskan dan membela kepentingan politik Israel. Hal itu terbukti karena dalam rencana perdamaiannya, Trump menyatakan Yerusalem sebagai ibu kota Israel yang tak terbagi.

Padahal, dia mengetahui Palestina menghendaki Yerusalem Timur menjadi ibu kota masa depan negaranya. Palestina berulang kali menyatakan hal itu tak dapat ditawar, bahkan dengan solusi atau bantuan ekonomi sekalipun.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement