REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Muhammad Munif Ridwan
Alquran berlimpah ruah kisah penuh hikmah. Salah satunya berkisah tentang Namrud. Ia adalah seorang raja di Babilonia yang sombong, kejam, zalim, bertindak melampaui batas, sa ngat mencintai kehidupan dunia, dan tidak percaya dengan kehidupan akhirat. Namrud berkuasa bersamaan dengan masa kenabian Ibrahim AS.
Suatu ketika, ia didatangi dan didakwahi oleh Nabi Ibrahim AS. Namun, ketika diajak untuk menyembah kepada Allah SWT, ia dengan congkak justru berbalik mendebat kekasih Allah itu. Ketika Nabi Ibrahim berkata, Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan, Namrud pun lantas menja wab, Aku juga dapat menghidupkan dan memati kan.
Ia kemudian memanggil dua orang. Orang pertama ia bunuh, dan yang kedua dibiarkannya hidup. Dengan begitu, ia menganggap telah menghidup kan yang satu dan mematikan yang lain. Betapa naifnya Namrud ini. Seolah-olah dengan sikapnya itu, ia telah membuktikan dirinya sebagai sosok yang dapat menghidupkan dan mematikan.
Namrud juga menyangka bahwa dengan membunuh dan mengampuni berarti telah mengangkat posisinya sebagai tuhan bagi rakyatnya. Dia lupa, dengan kelakuannya, justru semakin meneguhkan dirinya sebagai penguasa yang angkuh dan zalim. Nabi Ibrahim lalu melontarkan argumentasi la in dengan mengatakan, Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari di timur, maka terbitkanlah dia dari barat.
Mendengar tantangan itu, Namrud hanya duduk terdiam. Ia tidak mampu mengatakan apapun dan melakukan tindakan apapun. "Maka bingunglah orang kafir itu. Allah tidak memberikan petunjuk ke pada orang-orang zalim." (QS Al-Baqarah: 258).
Dikisahkan, setelah kejadian itu, Allah SWT lalu mengutus kepada Namrud, malaikat yang menjelma menjadi manusia. Ia memerintahkan kepada Namrud untuk beriman kepada Allah, namun Namrud menolaknya. Ajakan tersebut sampai diulanginya sebanyak tiga kali, namun Namrud tetap saja menolak.
Akhirnya, malaikat itu berkata, "Kumpulkanlah pasukanmu dan aku akan mengumpulkan pasukanku." Dan tak lama setelah itu, tiba-tiba di langit tampak awan hitam yang datang mendekat. Nabi Ibrahim dan kaumnya, serta Namrud dan bala tentaranya memperhatikan awan hitam tersebut. Semakin dekat, terdengar desingan keras, semua orang baru menyadari bahwa itu bukanlah awan hitam, melainkan sekawanan nyamuk.
Gerombolan raksasa nyamuk-nyamuk itu dengan cepat menyerbu Namrud dan pasukannya, sehingga terjadi kekacauan. Namrud yang berada di tengah- tengah pasukan menjadi panik. Serangan dari nyamuk-nyamuk itu sangat dahsyat sehingga dia tidak berdaya dan tidak mampu berbuat apa- apa. Namun, ada nyamuk besar yang berhasil mengejar dan masuk ke dalam hidung Namrud. Nyamuk itu lalu menggigit organ dalam tubuh Namrud.
Namrud berteriak sangat keras, kesakitan, kepalanya terasa mau pecah. Ketika nyamuk ini menggigit, Namrud selalu memukuli kepalanya dengan tongkat besi miliknya karena tidak kuat menahan rasa sakitnya. Tewaslah Namrud, begitu pun semua pasukan tentaranya tidak mampu bertahan.
Itulah akhir kehidupan Namrud, yang hidup sekitar tahun 2275 SM-1943 SM. Dia sebenarnya dia nugerahi intelektualitas yang tinggi dan menjadi ahli dalam berbagai bidang. Dia menemukan sistem sexagesimal yang membagi lingkaran ke 360 derajat, satu jam ke 60 menit dan 1 menit ke 60 detik. Selain itu dia menetapkan bahwa satu hari dibagi menjadi 24 jam.
Namun, kecerdasan membuatnya sombong dan takabur, bahkan menganggap dirinya sebagai tuhan. Maka, Namrud dan Nabi Ibrahim AS adalah ti pologi pertentangan hebat antara kebaikan dan kejahatan, atau lebih spesifik lagi, monoteisme melawan thag hut.
Karena itu, jangan terlena oleh kekuasaan. Ingatlah, akan mudah bagi Allah jika ingin mengakhiri kekuasaan. Cukup bagi-Nya mengirimkan burung-burung sebagaimana yang dilakukan pada tentara Abrahah, mengutus nyamuk sebagaimana dilakukan kepada Namrud bersama tentaranya, ditenggelamkan ke dalam laut sebagaimana yang dilakukan pada Fir'aun bersama pengikutnya, atau mengirimkan banjir besar sebagaimana dikirimkan pada umat Nabi Nuh. Introspeksilah, masihkah dalam diri kita bersemayam sifat-sifat Namrud? Wallahu a'lam.