REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut untuk membuat terobosan obat baru melawan virus corona membutuhkan waktu bertahun-tahun. Sehingga, ia tidak percaya ada obat yang begitu cepat untuk melawan virus tersebut.
"Tidak ada terapi efektif yang diketahui terhadap 2019-nCoV (virus) ini dan WHO merekomendasikan obat yang baru ditemukan dilakukan pendaftaran ke dalam uji coba terkontrol secara acak untuk menguji kemanjuran dan keamanan," kata Juru Bicara WHO Tarik Jasarevic, Rabu (5/2).
Proses pengembangan dan pengujian obat-obatan seperti vaksin terhadap patogen baru biasanya memakan waktu bertahun-tahun dan sering penuh dengan kegagalan. Vaksin corona adalah vaksin tercepat yang ditemukan pada tahun ini.
Dokter yang mengobati pasien virus corona baru kemungkinan akan mencoba obat antivirus berlisensi yang digunakan melawan infeksi virus lain. Pengobatan itu untuk melihat apakah mereka dapat membantu. Dokter juga akan melihat potensi obat antivirus yang masih dalam pengembangan.
Sementara itu, pembuat obat AS Gilead mengatakan telah memulai uji klinis pasien di China yang terinfeksi virus corona baru dengan menggunakan obat percobaan yang disebut remdesivir. Tetapi, ia menekankan bahwa pekerjaan itu sedang diselidiki.
"Itu tidak disetujui di mana pun secara global," kata juru bicara Gilead.
Gilead mengatakan telah meningkatkan pembuatan remdesivir untuk persediaan yang mungkin digunakan dalam wabah penyakit virus di masa depan. "Kami melakukan ini sebelum mengetahui apakah obat itu aman dan efektif untuk mengobati 2019-nCoV," kata dia.