REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah menempuh perjalanan sekitar 16 jam dari Kota Medan, akhirnya tim kedua dari Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Sumatra Utara sampai di Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sabtu (1/2) lalu. Tim membawa perlengkapan tanggap darurat dan kebutuhan logistik untuk kebutuhan pengungsi di posko induk.
Tim sempat mengalami hambatan perjalanan karena jembatan putus di Kecamatan Pakkat. Mereka harus putar arah ke menuju Kecamatan Dolok Sanggul, sehingga perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh 8 jam menjadi 16 jam.
Sesampainya di Barus, bantuan pangan dari dermawan Indonesia langsung dibagikan ke sejumlah warga. Setelah proses pendistribusian logistik selesai, tim MRI-ACT Sumut mengikuti rapat koordinasi untuk menyatukan komando bersama BPBD, TNI, Polri, dan seluruh relawan yang menangani banjir Barus.
MRI-ACT Sumut dipercaya untuk melakukan input data jumlah kerusakan dan penyintas yang tersebar di enam kecamatan se-Tapanuli Tengah. MRI-ACT Sumut bersama relawan dari ormas dan lembaga kemanusiaan lainnya pun mengevakuasi korban banjir. Mereka juga melakukan aksi bersih-bersih fasilitas umum dari tumpukan lumpur dan sampah banjir, Ahad (2/2) pagi.
Kepala Cabang ACT Sumut, Fadhli Septavianra terus menyemangati dan mendukung kinerja tim. Ia juga mengajak semua pihak untuk peduli dan melakukan kepedulian.
"Kita dukung terus semangat relawan untuk mendukung masyarakat yang masih sangat membutuhkan bantuan. Bencana adalah tanggung jawab bersama dan kebersamaan yang bisa menuntaskannya," kata Fadli dikutip dari laman resmi ACT, Rabu (5/2).
Seperti yang diberitakan sebelumnya, banjir yang terjadi di Tapanuli Tengah mengakibatkan sembilan jiwa meninggal dunia dan 360 jiwa luka-luka. Enam dari 20 kecamatan di Tapanuli Tengah terendam banjir, yakni Barus, Barus Utara, Sorkam, Sarudik, Sitahuis, dan Kolang. Kecamatan Barus paling terdampak dari banjir kali ini.