Kamis 06 Feb 2020 11:58 WIB

WHO Khawatirkan Indonesia Dapat Bebas dari Virus Corona

Indonesia dilaporkan belum menerima alat tes khusus pendeteksi virus corona baru.

Rep: Puti Almas/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi virus corona dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat.
Foto: CDC via AP, File
Ilustrasi virus corona dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, Indonesia harus lebih mempersiapkan kemungkinan masuknya wabah virus corona. Meski negara dengan 270 juta penduduk ini belum melaporkan satu pun kasus infeksi, pengawasan, deteksi virus, dan fasilitas kesehatan untuk penanganan harus dipersiapkan secara matang.

Dilansir Sydney Morning Herald, Rabu (5/2), seorang warga Australia yang tinggal di Bali telah didiagnosis menderita pneumonia. Namun, ia mengkritik prosedur yang dilakukan otoritas kesehatan setempat dalam pemeriksaan serta penanganan penyakit yang dideritanya.

Baca Juga

Perwakilan WHO di Indonesia, Navaratnasamy Paranietharan, yang bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan, mengatakan, Indonesia telah mengambil langkah konkret untuk mencegah wabah virus corona. Termasuk di antaranya penyaringan di perbatasan internasional dan menyiapkan rumah sakit yang ditunjuk untuk menangani kasus-kasus potensial.

“Indonesia sedang melakukan apa pun yang diperlukan untuk mencegah virus corona baru,” ujar Paranietharan.

Namun, ia menggarisbawahi masih ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan Indonesia di bidang pengawasan dan deteksi kasus aktif. Persiapan fasilitas kesehatan yang ditunjuk sepenuhnya dengan pencegahan infeksi yang memadai dan langkah-langkah pengendalian untuk dapat mengatasi beban pasien yang berat dari dugaan atau konfirmasi kasus jika terjadi wabah.

"Ketersediaan alat tes khusus untuk mengonfirmasi nCoV (Novel coronavirus) pekan ini adalah peningkatan yang signifikan dalam arah yang benar,” kata Paranietharan.

Pekan lalu, Indonesia dilaporkan belum menerima alat tes khusus yang diperlukan untuk dengan cepat mendeteksi jenis baru virus corona. Sebaliknya, otoritas medis mengandalkan tes pan-coronavirus yang secara positif dapat mengidentifikasi semua virus dalam keluarga corona (termasuk flu biasa, SARS, dan MERS) pada seseorang.

Pengurutan gen kemudian diperlukan untuk secara positif mengonfirmasi kasus virus corona baru, yang juga dikenal sebagai coronavirus Wuhan dan seluruh proses dapat memakan waktu hingga lima hari.

“WHO prihatin Indonesia belum melaporkan satu pun kasus yang dikonfirmasi di negara berpenduduk hampir 270 juta orang ini. Namun, kami diyakinkan oleh otoritas terkait bahwa pengujian laboratorium telah bekerja dengan baik," kata Paranietharan.

Lebih dari 2 juta turis dari China mengunjungi Indonesia pada 2019. Negara-negara tetangga termasuk Australia, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Kamboja dan Filipina semuanya telah mengkonfirmasi kasus-kasus baru terkait virus corona.

Juru bicara Kementerian Kesehatan Widyawati mengatakan pada Rabu (5/2) bahwa 42 spesimen telah dikirim ke laboratorium departemen untuk pengujian dan 40 spesimen negatif, sementara dua masih diperiksa.

Sementara itu, Matthew Hale dari Australia mengatakan kepada  bahwa ia telah datang pada 26 Januari lalu ke rumah sakit Sanglah di Denpasar. Ia jatuh sakit setelah melakukan perjalanan ke Singapura.

Menurut Hale, rumah sakit pertama yang dikunjunginya mengatakan mereka tidak dapat membantu dan merekomendasikannya untuk pergi ke Sanglah. Setelah tiba di sana, dokter bertanya apakah ia sempat melakukan perjalanan atau berada di China.

“Saya mengatakan tidak, jadi mereka bilang tidak bisa mengujinya. Tidak ditawarkan juga untuk melakukan tes darah atau mengukur suhu saya atau apa pun,” kata Hale.

Setelah pengalamannya di Sanglah, Hale mengunjungi rumah sakit ketiga lainnya di Bali, yaitu Prima Medika. Di sana pemeriksaan sampel darah, tekanan darahnya, suhu, hingga rontgen dilakukan.

"Dalam dua jam ditemukan pneumonia di dada saya dan dokter memberi saya antibiotik," jelas Hale.

Hale mengkritik bantuan yang tersedia bagi pengunjung asing ke Bali. Australia dan China adalah dua sumber turis teratas di Bali, dengan sekitar satu juta warga dari masing-masing negara mengunjungi pulau itu pada 2019.

Ketut Suarjaya, kepala departemen kesehatan Bali, mengatakan para pejabat kesehatan di provinsi itu memperhitungkan riwayat perjalanan seseorang dan kemungkinan kontak mereka dengan kasus virus corona yang dikonfirmasi. Tujuh sampel darah dari kasus-kasus potensia jugal telah dikirim ke Jakarta untuk pengujian sejauh ini.

"Jadi, bahkan tanpa sejarah perjalanan ke China, jika selama wawancara diketahui ada riwayat kontak, orang tersebut akan ditempatkan di bawah pengawasan. Informasi tentang virus corona tersedia di situs web departemen kesehatan Bali dan juga di rumah sakit di tingkat provinsi dan kabupaten,” jelas Ketut.

Larangan penerbangan langsung antara China dan Indonesia mulai berlaku sejak Rabu (5/2), mendorong kekhawatiran tentang dampak ekonomi Indonesia. Awal pekan ini, Indonesia mengevakuasi 242 warga yang berada di Wuhan, kota di Negeri Tirai Bambu, tempat virus corona jenis baru berasal ke Kepulauan Natuna yang terpencil, di mana mereka akan dikarantina selama dua minggu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement