REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Peneliti Sumber Daya pada Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Tony Basuki mengingatkan pemerintah serius merespons serangan hama ulat grayak terhadap tanaman jagung di NTT.
"Hama ini sangat berbahaya. Dua atau tiga ulat saja menyerang satu pohon tanaman mati, Jadi, semua lini sudah harus bergerak untuk melakukan penanganan," katanya, Kamis (6/1).
Dia mengemukakan hal itu menjawab pertanyaan seputar kemampuan hama ulat grayak yang saat ini menyerang tanaman jagung milik petani di NTT. Menurut dia, hama ulat grayak yang menyerang tanaman jagung saat ini merupakan spesies baru yang masuk Indonesia.
Ia menjelaskan hama ulat grayak ini memiliki kemampuan menjelajah hingga radius 100 Km dan mampu bertahan hidup dalam waktu yang cukup lama. "Hama ini umurnya juga cukup panjang. dalam semua fase, hama ini menyerang dengan sangat ganas. Sasaran utama pada titik tumbuh jagung. Kalau sudah diganggu tidak bisa dipulihkan," katanya.
Dia menambahkan, pada awal Desember 2019, ia mendapat laporan hama ini menyerang tanaman jagung di beberapa desa di Kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat Daya. Sampai akhir Januari sudah meluas ke seluruh kabupaten di NTT.
Menurut Tony yang juga Kepala Seksi Kerja Sama dan Pelayanan Pengkajian (KSPP), hama itu tidak saja menyerang tanaman jagung, tetapi juga berpeluang menyerang tanaman pertanian lain seperti padi dan sorgum. "Sekarang ini, kebetulan jagung yang lagi siap jadi makanan, sehingga serangan awal ini lebih pada tanaman jagung, tetapi tidak tertutup kemungkinan menyerang padi dan sorgum," katanya.
Bahkan berdasarkan laporan terbaru, hama ini tidak saja menyerang daun tanaman jagung, tetapi buah jagung yang masih muda. Dia mengatakan, pemerintah harus segera merespons dengan menyiapkan skenario untuk menangani masalah ini sejak dini, sehingga tidak terkesan sebagai pemadam kebakaran.