Kamis 06 Feb 2020 18:16 WIB

Sri Mulyani: Indonesia Belajar Banyak dari JB Sumarlin

Kebijakan Sumarlin masih relevan dengan kondisi perekonomian saat ini.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Friska Yolanda
FOTO ARSIP. Menteri Keuangan J.B. Sumarlin memberikan keterangannya dalam rapat kerja bersama komisi APBN DPR sehubungan dengan penyusunan RAPBN tahun anggaran 1991-92 di Jakarta, Senin (8/10/1990).
Foto: Antara
FOTO ARSIP. Menteri Keuangan J.B. Sumarlin memberikan keterangannya dalam rapat kerja bersama komisi APBN DPR sehubungan dengan penyusunan RAPBN tahun anggaran 1991-92 di Jakarta, Senin (8/10/1990).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani menceritakan pandangannya tentang sosok Johannes Baptista (JB) Sumarlin yang meninggal dunia pada Kamis (6/2) siang tadi. JB Sumarlin merupakan mantan Menteri Keuangan periode 1988-1993 di bawah pemerintahan Soeharto. Bagi Sri Mulyani, sosok Sumarlin sudah 'dekat' dengannya sejak menempuh pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

"Saya muridnya. Beliau mengajar di FEUI. Jadi ada memori sebagai pengajar. Beliau sebagai menteri, tapi datang mengajar pakai jas dan dilepas. Komitmennya luar biasa kalau ngajar," jelas Sri Mulyani usai menghadiri rapat terbatas di Kantor Presiden, Kamis (6/2).

Baca Juga

Saat menempuh pendidikan di bangku kuliah, Sri juga mengaku belajar banyak dari sosok Sumarlin yang saat itu menerbitkan berbagai kebijakan ekonomi, termasuk 'Gebrakan Sumarlin' yakni Paket Kebijakan Deregulasi di Bidang Moneter, Keuangan dan Perbankan. Sumarlin juga merupakan otak di balik Paket Kebijakan Deregulasi Perbankan yang terbit pada Oktober 1988 atau yang saat itu disebut Pakto '88.

"Itu semua dilakukan waktu beliau menjadi menteri terutama Menkeu. Di dalam konteks hari ini mungkin kita banyak belajar dari apa yang pernah beliau putuskan dan lakukan," ujar Sri.

Sri memandang bahwa kebijakan-kebijakan Sumarlin masih relevan dengan kondisi perekonomian saat ini. Situasi tahun 1980-an, menurut Sri, memiliki kemiripan dengan dinamika ekonomi global saat ini. Saat itu, dunia dihadapkan gejolak ekonomi akibat perang Irak-Iran yang membuat harga minyak meroket. Kemudian, harga sempat jatuh dan membuat ekonomi 'overheating'.

"Lalu muncul gebrakan Sumarlin yang kedua. Jadi poinnya sebetulnya kalau kita melihat masa lalu masih relevan kondisi global dengan harga komoditas yang bergejolak yang kemudian menimbulkan banyak dampak ke dalam ekonomi Indonesia yang harus direspons dengan kebijakan yang kadang tidak populer," jelas Sri.

Sumarlin, menurut Sri, memiliki peran sentral dalam melakukan liberalisasi sektor keuangan dan menyebabkan sektor perbankan serta pasar modal tumbuh dengan begitu pesat.

Diberitakan sebelumnya, JB Sumarlin meninggal di RS Carolus, Jakarta, pada pukul 14.15 WIB. Menurut rilis yang diterima Republika.co.id, jenazah akan disemayamkan di rumah duka MRCC Siloam Semanggi, Jakarta, pada Selasa pukul 18.00 WIB. Rencananya, JB Sumarlin akan dimakamkan di San Diego Hills pada Senin (10/2).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement