REPUBLIKA.CO.ID, SOLOK -- Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian membantu pengembangan pisang kepok tanjung di Nagari Salayo, Kabupaten Solok, Sumatra Barat. Ini merupakan salah satu komoditas pertanian bernilai ekspor.
"Balitbangtan memiliki varietas pisang Kepok Tanjung yang mempunyai keunggulan tidak berjantung sehingga terhindar dari penyakit layu bakteri yang ditularkan oleh serangga vektor yang hinggap pada bunga jantan," kata Kepala Puslitbang Hortikultura Kementan Hardiyanto di Solok, Kamis pada panen perdana pisang kepok tanjung di Kelompok Tani Serba Usaha.
Menurut Hardiyanto, bobot pisang kepok tanjung tersebut mencapai 50 sampai 60 kilogram per tandan dengan jumlah sisir 9 hingga 17 per tandan. Ia menyebutkan, bobot rata-rata mencapai 200 gram per buah dan kandungan gula sampai 30 persen brix dan karbohidrat 31,5 gram per 100 gram sehingga cocok untuk olahan tepung pisang.
Hardiyanto mengungkapkan, pengembangan pisang kepok anjung telah dimulai di Nagari Selayo sejak 2017 di jorong Lurah Nan Tigo sebagai dalam rangka membangkitkan kembali Selayo sebagai sentra pisang. Saat ini, telah ditanam pisang kepok tanjung seluas hampir dua hektare dengan 1.800 batang produktif.
Dari populasi ini dapat menghasilkan benih untuk pengembangan areal sebanyak 5.000 benih secara mandiri untuk perluasan areal. Hardiyanto mengatakan, pisang kepok tanjung berpotensi untuk ekspor produk olahan, terutama tepung pisang mengisi pasar Jepang.
Saat ini, dibutuhkan tepung pisang hingga 10 ton per bulan. Untuk memenuhi kapasitas produksi tepung tersebut, setidaknya diperlukan pisang segar sebanyak 50 sampai 60 ton per bulan.
"Oleh sebab itu, pengembangan pisang kepok tanjung ini perlu didukung dalam rangka menyukseskan gerakan tiga kali ekspor komoditas pertanian," kata Hardiyanto.
Sementara itu, Direktur Buah dan Florikultura Ditjen Hortikultura Kementan Liferdi mengatkan, pisang kepok tanjung tidak memiliki jantung dan dalam satu batang semua bunganya menjadi buah, sehingga tak menyisakan jantung. Menurut Bupati Solok Gusmal, sebelumnya pisang kepok sudah pernah dibudidayakan masyarakat setempat, namun karena ada serangan hama masyarakat akhirnya meninggalkannya.
Sejak ada inovasi dari Kementan, penanaman pisang kepok tanjung kembali menggeliat dan hasilnya dipasarkan hingga ke Kalimantan. Berdasarkan catatan Balitbu Kementan Selayo, Kabupaten Solok merupakan sentra produksi pisang kepok di Sumaera Barat.
Pada 1986, populasi pisang kepok di Selayo menurun drastis karena serangan penyakit layu bakteri dan penyakit Layu Fusarium. Pada tahun 1990, sekitar 90 persen pisang kepok tersebut sudah punah.