REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muhammad bin Zakariya Razi atau biasa disapa dengan panggilan Abu Bakar merupakan pakar ilmu kedokteran yang lahir pada 215 hijriyah. Kontribusi Razi dalam dunia kedokteran dunia dapat dirasakan hingga masa modern seperti sekarang.
Dalam buku Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah karya Syaikh Muhammad Sa’id Mursi dijelaskan, Razi memutuskan mempelajari ilmu kedokteran dan kimia pada masa keemasan Islam di Baghdad di bawah kekhalifahan Abbasiyah.
Kemudian, Razi ditempatkan bekerja sebagai pimpinan para dokter di rumah sakit Bimarastan. Kontribusi beliau terhadap dunia kedokteran adalah menemukan penyakit cacar.
Beliau menggunakan alat operasi dan alat-alat eksperimen pada laboratoriumnya kala itu untuk meneliti lebih jauh mengenai penyakit cacar. Razi juga dikenal sebagai ahli kedokteran yang memahami keilmuan tersebut secara komprehensif.
Ibnu Nadim pernah mengemukakan Razi merupakan satu-satunya ahli kedokteran yang mampu mengumpulkan ilmu kedokteran dari para pendahulu, dan mengombinasikannya dengan keilmuan yang tengah berkembang.
Adapun karya-karya beliau dalam bidang kedokteran, antara lain Al Hawi fi Si’a'ati ath-Thib, At-Thibu ar-Ruhani, dan Al Judari wa al-Hashbah. Kitab Al Hawi miliknya terdiri dari 30 juz yang didalamnya memuat tentang ilmu kedokteran Yunani dan India serta eksperimen khusus yang mengidentifikasi jenis-jenis penyakit sekaligus obatnya.
Kitab itu pun sekaligus menjadi literatur penting selama lima abad di Fakultas Kedokteran Paris. Razi menderita kebutaan di akhir hidupnya dan beliau wafat pada 313 hijriyah di Kota Baghdad.