REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Meningkatnya Islamofobia dan xenofobia di Eropa Barat mengancam keselamatan warga Turki yang tinggal di sana.
Hal ini disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Turki, Yavuz Selim Kiran, dalam sesi Komite Urusan Luar Negeri parlemen di Ankara pada Kamis (6/2) dilansir dari Anadolu Agency, Jumat (7/2).
Menteri Kiran mendesak untuk mengambil rute diplomatik dalam menangani masalah tersebut. Selain itu, menurut dia, persoalan ini memang harus ditangani dengan memperhatikan aspek strategis.
"Kita harus menangani masalah ini secara strategis. Sekitar, 5 juta orang Turki tinggal di negara-negara Eropa," kata dia. Pada Desember lalu, Menteri Integrasi Jerman Annette Widmann-Mauz telah menyatakan keprihatinan yang sama terhadap Islamofobia.
Sebab, bagi Jerman, persoalan yang muncul itu menjadi peringatan sekaligus tanda bahwa mereka dapat menjadi bahaya nyata bagi kohesi sosial. Widmann-Mauz kemudian menyajikan laporan pemerintah tahunan tentang keadaan integrasi di ibukota Berlin.
"Ekstremisme sayap kanan, anti-Semitisme, dan permusuhan terhadap Muslim adalah bahaya yang sangat nyata yang harus kita lawan secara konsekuen dan berkelanjutan cara," tambah Widmann-Mauz.
Jerman telah menyaksikan meningkatnya kejahatan kebencian anti-Muslim dalam beberapa tahun terakhir yang dipicu propaganda kebencian oleh partai-partai sayap kanan.
Pada 2018, lebih dari 100 masjid dan institusi keagamaan diserang ekstrimis sayap kanan.
Polisi mencatat 813 kejahatan rasial terhadap Muslim tahun lalu, termasuk penghinaan verbal, surat ancaman, dan serangan fisik yang menyebabkan setidaknya 54 Muslim terluka.