REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Musim penghargaan film dan TV, 92nd Academy Awards atau Oscar di Hollywood akan diadakan pada Ahad (9/2). Bagaimana peluang bagi nomine Arab dan Muslim?
Di Golden Globes pada Januari lalu, stand up komedian Ramy Youssef memenangkan aktor terbaik dalam serial komedi untuk Ramy, cerita fiksi hidupnya sebagai seorang Muslim Mesir-Amerika di New Jersey yang terpecah secara politik. Ada juga beberapa kemenangan untuk film dokumenter perang Suriah, For Sama, yang membawa pulang empat Penghargaan Film Independen Inggris, serta film dokumenter terbaik di BAFTA akhir pekan lalu.
Dalam beberapa tahun terakhir, bakat Arab dan Muslim bersinar di Oscar. Pada 2019, Rami Malek yang keturunan Mesir-Amerika memenangkan aktor terbaik untuk Bohemian Rhapsody.
Mahershala Ali, meraih dua dari tiga penghargaan aktor pendukung terbaik untuk Moonlight dan Green Book. Film-film Lebanon, The Insult and Capernaum, juga masuk lima nominasi terakhir dalam kategori film asing terbaik pada 2018 dan 2019.
Dari bintang-bintang yang kembali ke nominasi dokumenter dan film pendek, ini adalah nama-nama Arab dan Muslim yang harus Anda perhatikan pada Oscar 2020, dilansir di Middle East Eyes, Kamis (6/2).
Waad al-Kateab (For Sama)
For Sama menceritakan mengenai kisah keluarga pembuat film dan jurnalis, Kateab. Tragedi dan harapannya ketika dia mendokumentasikan lima tahun pemberontakan di kota asalnya, Aleppo, Suriah. Film ini mengambil bentuk surat cinta yang ditulis oleh Kateab kepada putrinya, Sama, yang lahir pada masa konflik di kota barat laut Suriah.
"Itu semua terkait Sama. Sama tidak hanya sebagai putri saya, tetapi juga semua anak-anak di Suriah," kata sutradara tersebut.
Empat tahun yang lalu, Kateab dan suaminya Hamza bersembunyi bersama Sama di ruang bawah tanah rumah sakit yang dibom. Mereka bertanya-tanya apakah mereka akan bisa keluar hidup-hidup untuk menceritakan kisah mereka. Mereka bahkan membuat rencana cadangan jika mereka tidak berhasil hidup.
"Pada satu titik, kami berdiskusi dengan Channel 4 News di mana kami dapat mengubur rekaman itu sehingga jika kami tidak selamat, (rekaman) itu tidak akan hilang," kata Kateab kepada penonton BAFTA, Ahad lalu.
Dalam pidatonya, ia mendedikasikan kemenangan film dokumenter terbaik BAFTA For Sama kepada orang-orang hebat Suriah yang masih menderita sampai sekarang dan mendesak mereka yang hadir untuk membiarkan mereka mendengar suara Anda.
Feras Fayyad (The Cave)
Sutradara Suriah, Feras Fayyad, yang berada di rumah sakit di Eastern Ghouta, juga dinominasikan untuk film dokumenter terbaik. Seperti kisah Kateab, kisah ini berpusat di sekitar sosok pemimpin wanita, Amani Ballour, seorang dokter anak dan dokter yang menyaksikan kematian dan kehancuran setiap hari ketika dia menangani para korban serangan udara dan serangan kimia.
Tidak seperti For Sama, ada sedikit tanda harapan di The Cave, tanpa penangguhan hukuman atas pembantaian tanpa henti. "Sebagai warga Suriah, saya memiliki kewajiban terhadap sesama warga negara saya," kata sutradara Fayyad.
"Sata tidak lagi bisa membawa yang terluka dan menguburkan yang mati. Saya tidak lagi bisa membawa senjata dan mempertahankan tempat keluarga saya tinggal. Satu-satunya hal yang bisa saya lakukan sekarang adalah mengungkap kebenaran, untuk menunjukkan apa yang terjadi di Suriah kepada audiens terbesar yang ada," ujarnya.
Fayyad menerima nominasi Oscar pertamanya pada 2018 untuk Last Men di Aleppo, yang mengikuti sekelompok sukarelawan di layanan penyelamatan White Helmet ketika mereka mencoba menyelamatkan nyawa warga sipil di kota yang dikepung. Oscar menjadikan Fayyad pembuat film dokumenter Arab pertama yang menerima dua nominasi Academy Award.
For Sama dan The Cave menghadapi persaingan yang ketat. American Factory, film pertama yang diproduksi oleh perusahaan produksi Barack dan Michelle Obama, Higher Ground, dianggap sebagai pelopor dalam kategori dokumenter.