Sabtu 08 Feb 2020 06:24 WIB

Tentara Prancis Bunuh 30 Milisi ISIS dalam Operasi di Mali

Tentara Prancis melakukan operasi menargetkan ISIS dan kelompok terkait Alqaidah.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Tentara Prancis Bunuh 30 Milisi ISIS dalam Operasi di Mali. Tentara Prancis mengikuti pelatihan senjata di hanggar di pangkalan udara militer Mali di Bamako. (Reuters/Joe Penney)
Tentara Prancis Bunuh 30 Milisi ISIS dalam Operasi di Mali. Tentara Prancis mengikuti pelatihan senjata di hanggar di pangkalan udara militer Mali di Bamako. (Reuters/Joe Penney)

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Tentara Prancis dilaporkan telah menewaskan lebih dari 30 milisi di Mali dalam dua hari operasi hingga Jumat (7/2) waktu setempat. Operasi itu menargetkan ISIS dan kelompok-kelompok yang terkait dengan Alqaidah.

Prancis, bekas kekuatan kolonial yang pernah memerintah sejumlah negara Afrika Barat, memiliki sekitar 4.500 tentara di wilayah yang melakukan Operasi Barkhane yang dimulai pada 2014. Sementara itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memiliki operasi pemeliharaan perdamaian sebanyak 13 ribu tentara di Mali dalam misi paling berbahaya badan dunia sejauh ini.

Baca Juga

Di wilayah Gourma, tentara pasukan Barkhane Prancis menewaskan sekitar 20 milisi dan menghancurkan beberapa kendaraan. "Sementara itu di wilayah Liptako, benteng bagi ISIS, sebanyak 10 milisi lainnya tewas," kata tentara dalam sebuah pernyataan dilansir Aljazirah, Sabtu (8/2).

"Operasi itu melibatkan pesawat tak berawak, pesawat terbang, dan dua helikopter," ujarnya.

Pada Desember 2019, pasukan Prancis juga telah menewaskan 33 milisi di Mali menggunakan serangan dari helikopter, pasukan darat dan sebuah pesawat tak berawak. Serangan itu terjadi di dekat perbatasan dengan Mauritania di mana sebuah kelompok yang terkait dengan Alqaidah beroperasi.

PBB, Prancis dan Amerika Serikat (AS) telah menggelontorkan miliaran dolar untuk menstabilkan Sahel, tetapi hanya sedikit keberhasilan. Wilayah ini telah mengalami peningkatan kekerasan dalam beberapa bulan terakhir sehingga meningkatkan kekhawatiran di antara penduduk setempat. Jutaan orang juga terlantar di sana.

Bulan lalu, utusan PBB untuk Afrika Barat mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa serangan telah meningkat lima kali lipat di Burkina Faso, Mali dan Niger sejak 2016. Lebih dari 4.000 kematian dilaporkan pada 2019.

Pada November, Presiden Prancis Emmanuel Macron bersumpah meninjau Operasi Barkhane setelah 13 tentara Prancis tewas dalam tabrakan udara pada November. Setelah pertemuan di Ouagadougou pada Januari dengan para pemimpin Burkina Faso, Chad, Mali, Mauritania dan Niger, Macron bersumpah mengambil langkah-langkah meningkatkan koordinasi dengan militer setempat.

Dia juga mengatakan Prancis akan meningkatkan intervensi di wilayah "tri-perbatasan" di Burkina Faso, Niger dan Mali, tempat banyak kekerasan terjadi. Pekan lalu, Prancis mengatakan berencana mengerahkan 600 tentara lagi ke daerah itu. Hingga saat ini, tercatat 41 tentara Prancis telah tewas dalam operasi tersebut.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement