Sabtu 08 Feb 2020 14:12 WIB

Islam di Slovenia: dari Masjid, Imigran, Hingga Donald Trump

Meski mendapat tantangan keras dari kaum sayap kanan Masjid Slovenia tetap berdiri.

Red: Muhammad Subarkah
Masjid perdana di Slovenia. Tampak latar belakang pegunungan Alpine yang bersalju.
Foto: iqna.ir
Masjid perdana di Slovenia. Tampak latar belakang pegunungan Alpine yang bersalju.

Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika

Pada hari Jumat lalu (7/2), ribuan umat Islam berkumpul di Ljubljana, Slovenia di pusat kebudayaan Islam yang baru dibangun, Jumat (7/2). Penantian Muslim Slovenia selama 50 tahun akan berdirinya masjid akhirnya menjadi kenyataan.

Pembangunan masjid sebagian besar dibangun dengan sumbangan dari luar negeri. Shalat pertama diadakan di masjid di dalam pusat budaya. Sekretaris komunitas Islam di Slovenia, Nevzet Poric mengatakan sekitar 3.000-4.000 Muslim menghadiri shalat dan bahwa semuanya berjalan dengan baik.



"Shalat hari ini berarti masjid di Ljubljana sekarang secara resmi digunakan," kata Poric dilansir di N1 Info, Sabtu (8/2).

Pusat budaya Islam dengan masjidnya yang dihiasi menara 40 meter akan secara resmi dibuka pada Juni mendatang. Ini adalah pusat Islam pertama di Slovenia.

photo
Keterangan Foto: Masjid perana di Slovenia.

Slovenia memiliki populasi Muslim sekitar 50 ribu orang. Mereka sampai sekarang melakukan shalat berjamaah dan kegiatan budaya lainnya di tempat pribadi atau ruang olahraga.

Untuk bisa mendirikan masjid di negara bekas pecahan Yugosavia memang sangat tidak gampang. padahal sudah digagas sejak tahun 1960. Sejumlah kelompok sayap kanan menentangnya. Selain itu, masalah pendanaan adalah kendala lainnya.

Untunglah ada sumbangan dari negara Qatar sampai 28 juta euro . Bantuan ini sangat berarti sebab dana dari seluruh pendirian masjid perdana di Slovenia ini memakan biaya sampai 34 juta Euro atau 534 Miliar.

photo
Ruangan dalam masjid yang perdana didirikan di Ljubljana, Slovenia

Tak hanya soal pengumpulan dana saja yang jadi masalah, soal arsitektur masjid tersebut juga jadi perbincangan publik. Banyak pihak di Slovenia yang menyorotinya. Sebab, masjid dibangun bukan dengan gaya arsitektur tradisonal yang lazim di wilayah semenanjung Balkan, yakni bergaya ala masjid Otoman dengan gaya kubah dan menara yang menjulang ke langit.

Arsitekur masjid peradana ini malah memakai model gaya arsitektur kaca. "Kami ingin mengaitkan nilai arsitektur tradisional Islam dengan arsitektur kontemporer," kata Matej Bevk kepada AFP sambil menambahkan bahwa makna arsitektur itu adalah untuk memperlihatkan transparansi dan keterbukaan.

photo
Ruangan dalam masjid yang perdana didirikan di Ljubljana, Slovenia

Sekilas gaya bangunan ini mirip dengan masjd di Islamic Center Croatia, di Zagreb. Arsiektur masjid ini karya Džemal Čelić yang merupakan Professor dari Universitas arajevo University, Bosnia and Herzegovina, juga sangat cantik. Kubahnya mirip kelopak bunga yang bisa dibuka dan ditutup untuk mencari udara segar dan sinar matahari.

Masjid di pusat kiat Zagreb ini juga tak berfungsi hanya sebagai tempat shalat saja, tapi berbagai aktivitas lain termasuk tempat kongkow, olahraga, dan restoran. Bahkan karena makanannya enak, restoran yang ada di kompleks masjid yang luas dan hijau ini ramai dikunjungi orang untuk makan bersama. Di halammnya juga ada monumen yang selalu dipenuhi karangan bunga: Monumen pembantian Muslim yang terjadi di Coratia dan semenanjung Balkan ketua Yugoslavia pecah.

Warga Bosnia yang kini menetap di Jakarta, Edin Hadadzalik, menceritakan soal rencana pendirian masjid di Slovenia itu memang sudah terdengar sejak lama sekali. Bahkan, sejak masih ada di era  rezim Joseph Broz Tito ketika berkuasa di Yugoslavia. Jadi memang bukan rencana baru.

‘’Dan memang sekarang baru bisa terwujud. Tapi harap diketahui orang Islam asli Slovenia di sana hampir-hampir tak ada. Populasi Muslim di sana pun relatif kecil jumlahnya. Mereka itu terdiri para pendatang dan keturunan Bosnia dan Albania. Sedangkan agama mayoritasnya Slovenia adalah Katolik,’’ kata Edin.

Meski begitu, dia yakini pada era Slovenia di zaman Otoman pasti ada masjid. Dan lazimnya setelah kekuasaan Otoman pergi bangunan masjid berganti dengan bangunan lain.

“Berdeda di Slovenia kekuasaan Ottoman ada yang terputus, yakni selama 200 tahun.  Akibatnya, wilayah ini terjadi gesekan beberapa pergantian kekuasaan yakni dari kerajaan pra Ottoman, Ottoman, hingga kemudian silih berganti ke kaisaran Rusia sampai kerajaan Austro-Hongarian, dan kemudian menjadi berproses ke dalam Yugoslavia sejak Perang Dunia I,’’ turur Edin.

Maka, pengaruh Islam relatif kecil di Slovenia. Ini berdeda dengan wilayah Eropa lain, misalnya Serbia, Romania, Yunani, BuLgaria yang  sampai 500 tahun. Islam pertama kali diperkenalkan di Kroasia oleh Kekaisaran Ottoman misalnya  selama abad ke-15 hingga abad ke-19.

“Saya yakin sekali orang Slovenia tahu agama Islam, meski tak memeluknya. Tapi masjid itu didirikan oleh kaim pendatang ke negeri mereka, meski sama-sama masih berada di wilayah Balkan. Merekalah yang bergerak masjid itu. Sebagian mereka pun sudah lahir dan sudah ada di sana sejak dahulu,” tegas Edin.

Secara ekonomi Slovenisa memang lebih maju di banding negara-negara yang ada di kawasan semenanjung Balkan lainnya. Secara ekonomi sejak zaman Yugoslavia negara itu makmur dan merupakan magnet bagi kaum pendatang. Di Slovenia berdiri industri motor, kulkas, televisi, dan lainnya.

“Kemajuan ekonomi yang relatif lebih baik dari negera pecahan Yugoslavia yang lain terjadi sampai hari ini. Apalagi letak geografis mereka strategis karena dekat dengan Italia dan Austria, dan Croatia. Orang Bosnia memang banyak yang mencari kerja di sana,’’ kata Edin kembali.

Hasil gambar untuk islamic center croatia

          Masjid Islamic Center di Zagreb, Croatia.

Dan harus di akui, beberapa tahun silam, ketika Republika.co,id, berkunjung ke Slovenia, masjid atau tempat shalat, belum ada atau susah ditemukan. Akibatnya, ketika seorang Muslim ingin melakukan shalat harus mencari Restoran Turki atau orang Turki atau Bosnia yang kerja di sana. Maka jangan heran tempat shalat hanya menyempil di sudut dapur atau gudang.

Dan kalau pun  sempat shalat di Restoran Turki, maka tak heran ibadah shalat jadi tontonan para pengunjung restoran. Mereka melihat saja sambil terus makan, minum, dan merokok. Mereka acuh saja. Jangan heran bila kerap ada pengunjung restoran dengan wambut pirang dengan memakai rok pendek menonton shalat sembari duduk menyilangkan kaki secara terbuka. Mereka tak merasa sungkan atau risi. Sedangkan yang shalat kebingungan sendiri dan salah tingkah sendiri.

Maka itulah situasi Islam dan masjid di Slovenia. Negeri ini memang penampung imigran, tapi juga pengekspor imigran ke wilayah Eropa lain sebab bila dibandingkan negara-negara di Eropa Barat  memang Slovenia masih belum termasuk yang makmur. Dan salah satu contong imigrab Eropa yang sukses adalah isteri Presiden Amerika Serikat, Donald Trump: Ivanka Trump.

Ivanka Trump adalah berasal dari Slovenia. Dia dahulu sukses memenangi kontes Ratu Kecantikan Sejagat. Uniknya, meski isterinya Trump adalah seorang imigran, Trump mencitrakan dirinya sebagai sosok anti imigran. Celakanya lagi, Trump sendiri adalah berdarah Jerman. Dan di sini ada lelecon mengatakan adalah absrud bila Trump mengaku orang asli Amerika Serikat, sebab dia akan mengalahkan apa yang disebut orang Eropa sebagai ‘orang atau suku Indian’.

Tapi apa pun itu imigran itu kadang luar biasa, Selain Trump, contohnya ya ada pada sosok Muslim Slovenia!

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement