REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 87 rumah serta satu sekolah dasar di Solok Selatan terendam banjir setinggi 50 centimeter akibat luapan Sungai Batang Hari, Sabtu pagi.
"Sekarang air sudah mulai surut tetapi warga masih siaga sebab banjir bisa saja melanda kembali kalau di bagian hulu sungai curah hujan masih tinggi," kata Kalaksa Badan Penanggulangan Bencana Daerah Solok Selatan Richi Amran didampingi Kasi Kedaruratan Romi Aprijal, di Padang Aro, Sabtu (8/2).
Dia mengatakan, saat ini petugas masih berupaya menuju lokasi sebab daerah Talantam merupakan salah satu titik yang sulit dijangkau. Untuk menuju Talantam tim harus melalui jalur darat terlebih dahulu setelah itu dilanjutkan dengan transportasi air menggunakan perahu mesin tempel.
Transportasi air menggunakan perahu mesin tempel bisa ditempuh dalam waktu satu jam dari titik naik terdekat yaitu Sungai Penuh. Dia menyebutkan, saat ini korban banjir membutuhkan bantuan sembako dan Pemerintah daerah segera menyalurkannya.
"Hasil koordinasi kami masyarakat sekitar saat ini membutuhkan sembako dan kami secepatnya menyalurkan ke lokasi," ujarnya.
Pada Desember 2019 Talantam juga dilanda banjir akibat luapan Sungai Batang Hari dengan ketinggian 120 centimeter. Akibat banjir pada 2019 membuat jembatan Talantam putus, dua rumah hanyut dan menara telekomunikasi roboh dan rumah warga terendam sedalam 120 centimeter.
Talantam merupakan salah satu daerah sulit dijangkau di Solok Selatan dan berada di sepanjang aliran Sungai Batang Hari. Selain susah akses transportasi Talantam juga tidak ada jaringan telepon selular sehingga menyulitkan koordinasi.