REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Juru bicara Kedutaan Amerika Serikat (AS) di Beijing mengatakan, seorang warganya berusia 60 tahun telah meninggal karena virus korona baru, Sabtu (8/2). Dia menjadi orang AS pertama yang meninggal di Wuhan, China, akibat wabah tersebut.
Kabar meninggal warga AS di Wuhan ini tidak mendapatkan rincian lebih lanjut dari pihak Kedubes. Namun, kasus kematian pertama ini di tengah proses pengiriman delegasi tim ahli dari AS untuk meneliti virus tersebut bersama dengan tugas dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Selain warga AS, Kementerian Luar Negeri Jepang menyatakan, pria Jepang berusia enam puluhan dirawat di rumah sakit karena pneumonia di Wuhan juga meninggal. Dia menderita gejala yang konsisten dengan virus corona baru.
Hingga Ahad (9/2), jumlah total korban meninggal corona telah mencapai 811 orang di China. Jumlah tersebut sudah setara dengan korban meninggal SARS yang terjadi dalam kurun waktu sembilan bulan di tahun 2002-2003.
Menurut perhitungan Reuters berdasarkan laporan resmi, virus ini telah menyebar ke 27 negara dan wilayah yang menginfeksi lebih dari 330 orang. Dua kematian telah dilaporkan di luar daratan China, yaitu di Hong Kong dan Filipina dan kasus tersebut terjadi pada warga negara China.
Pakar WHO Mike Ryan mengatakan pada konferensi pers di Jenewa bahwa jumlah kasus baru di Hubei telah stabil selama empat hari terakhir. "Yang mungkin mencerminkan dampak dari tindakan pengendalian yang dilakukan," ujarnya.
Namun, Ryan kemudian memberikan pernyataan lanjutan yang mengatakan itu bukan berarti terjadi penurunan. "Itu bisa berarti empat hari relatif tenang sebelum berakselerasi," ujarnya.
Pasien terbaru di luar China yang terindentifikasi terkena virus termasuk lima warga negara Inggris yang tinggal di sebuah desa ski di Haute-Savoie di Alpen. Pejabat kesehatan Prancis pun memperingatkan peningkatan kekhawatiran akan infeksi lebih lanjut pada periode sibuk di musim ski.
Korban baru itu, termasuk seorang anak, telah dimasukkan ke dalam tempat yang sama dengan seorang pria Inggris yang diyakini tertular virus tersebut di Singapura. Meski telah terkena virus, mereka tidak dalam kondisi serius.
Prancis mengeluarkan saran perjalanan baru untuk warganya. Negara itu mengatakan tidak merekomendasikan bepergian ke China kecuali ada alasan yang mendesak. Italia meminta anak-anak yang bepergian dari China untuk menjauh dari sekolah selama dua minggu secara sukarela.