REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China berupaya meningkatkan pasokan peralatan medis, termasuk obat-obatan. Hal itu dilakukan setelah korban meninggal akibat virus korona telah mencapai 813 jiwa. Angka itu melampaui jumlah korban SARS pada 2002-2003.
Dilaporkan laman South China Morning Post, Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional, sebuah badan perencanaan ekonomi makro di bawah Dewan Negara Cina, telah memerintahkan agar peralatan pemindai suhu dan obatan-obatan diproduksi lebih banyak pada Ahad (9/2). Baju medis, masker, pelindung mata, dan termometer inframerah termasuk dalam daftar barang yang diperintahkan untuk disediakan.
Pemerintah akan berusaha membantu perusahaan yang memproduksi barang-barang terkait memperoleh pendanaan, lisensi, dan fasilitas. Pemerintah juga siap menyediakan bahan baku jika diperlukan. Tak hanya itu, barang atau produk medis yang telah diproduksi dan belum terjual akan dibeli oleh otoritas China.
Pada Sabtu (8/2) malam, Wakil Gubernur Hubei Cao Guangjing mengatakan terjadi kekurangan pasokan peralatan pelindung untuk petugas medis di wilayahnya. Persentase kekurangan mencapai 20 persen. Hal itu tentu dapat menghambat upaya menekan penularan virus corona.
China telah mengizinkan tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk melaksanakan misi internasional penanganan wabah virus corona. Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pemimpin tim akan bertolak ke Beijing pada Senin atau Selasa esok. Setelah itu para pakar lainnya akan mengikuti.
Saat ditanya apakah anggota Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (AS) berpartisipasi dalam misi tersebut, Ghebreyesus hanya menjawab, "Kami harap begitu."
Ghebreyesus tak menyebut nama pemimpin tim atau anggota yang hendak melaksanakan misi ke China. WHO, kata dia, akan mempublikasikan semuanya segera setelah mereka siap.
Hingga Ahad, jumlah kematian akibat virus corona telah mencapai 813 jiwa. Sementara mereka yang terinfeksi tercatat sebanyak 37.198 orang.