REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akhir pekan ini beberapa kawasan di Jakarta kembali mengalami banjir dengan ketinggian bervariasi. Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengatakan, curah hujan yang tinggi dan cenderung ekstrem menjadi penyebabnya, sesuai dengan prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait curah hujan dalam sepekan terakhir.
Anies mengungkapkan, ramalan cuaca dari BMKG memang menyebutkan berbagai wilayah di Indonesia itu mengalami hujan yang cukup deras. Wilayah Jakarta juga tidak terkecuali.
"Kemarin sejak dini hari, Sabtu dini hari Jakarta mengalami curah hujan yang cukup tinggi bahkan ekstrem," kata Anies, Ahad (9/2).
Sesuai penjabaran BMKG, tambah Anies, curah hujan itu disebutkan di antara 50 sampai 100 milimeter adalah lebat, bila 100-150 milimeter disebut sangat lebat dan bila di atas 150 mm adalah ekstrem. Anies menegaskan, berdasarkan prediksi BMKG, hujan yang kemarin dialami di Jakarta itu sampai dengan 244 milimeter.
"Kita mengalami curah hujan yang cukup dan sangat ekstrem di atas 150 milimeter dan kita mengalami atas 240 milimeter," ujar dia.
Namun demikian, Anies mengeklaim, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI melalui instansi terkait sudah mengantisipasi banjir dengan kondisi hujan yang sangat ekstrem tersebut. Pemprov DKI menyiagakan seluruh jajaran yang terkait dengan pencegahan dan pengendalian air hujan.
Semua infrastruktur, alat-alat, dan petugas akan disiagakan untuk mengendalikan banjir di tempat-tempat yang mengalami curah hujan yang amat intensif, Anies mengingatkan posisi Jakarta merupakan kawasan pesisir sehingga curah hujan yang tinggi di kawasan hulu, membawa air dengan volume yang cukup besar ke kawasan pesisir.
"Kemarin di Jakarta mulai jam 10 malam kita sudah mulai siaga pada hari Jumat malam. Karena, kita menyaksikan pintu air di bendung Katulampa sudah mengalami peningkatan status kesiagaan. Dan, kemarin sudah sampai puncaknya dan lewat sehingga terjadi terkendali dengan baik," kata dia.
Ke depan, kata Anies, petugas akan selalu siaga bersiap mengantisipasi banjir. Ia juga berharap kepada seluruh masyarakat ikut mengantisipasi karena curah hujan yang ekstrem. "Saya sampaikan di atas 150 milimeter itu ekstrem dan kita sampai mengalami di atas 240 milimeter. Ini yang harus kita sama-sama antisipasi," ujar dia.
Dengan curah hujan ekstrem seperti itu, menurut dia, apabila semua pihak termasuk warga tidak mengantisipasi, bukan hanya tempat yang dialiri sungai yang banjir, melainkan tempat-tempat yang tidak ada aliran sungainya juga memungkinkan banjir.
Karena, ia berharap, warga juga menjaga kebersihan saluran air di semua tempat. Sambungan-sambungan drainase satu tempat dengan tempat lain harus tetap lancar dan diantisipasi bersama.
Sebelumnya, hujan mengguyur sejumlah wilayah di Jakarta pada Jumat malam (7/2) hingga Sabtu siang (8/2). Kondisi ini membuat sebagian jalan dan permukiman warga terdampak genangan.
Pada Sabtu (8/2) pukul 18.00 WIB, wilayah yang terdampak genangan, yaitu Jakarta Pusat (4 RW), Jakarta Utara (24 RW), Jakarta Barat (9 RW), Jakarta Selatan (12 RW), dan Jakarta Timur (50 RW). Ketinggian genangan saat itu, yakni sekitar 10-30 sentimeter hingga 70-100 sentimeter.
Berdasarkan data dari Pusdatin BPBD Provinsi DKI Jakarta, hingga Ahad (9/2) pagi, pukul 06.00 WIB, genangan tersisa terdapat di Jakarta Timur (13 RW). Sedangkan, wilayah lain telah surut dan selesai ditangani oleh Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta dan PPSU Kelurahan.
"Ketinggian air di 13 RW Jakarta Timur saat ini sekitar 10-30 sentimeter dan 60-90 sentimeter. Penyebabnya adalah curah hujan yang tinggi dan meluapnya Kali Ciliwung, Kali Sunter, Kali Buaran, dan Kali Jati Kramat," kata Kepala Pelaksana BPBD Provinsi DKI Jakarta, Subejo.
Subejo menambahkan, penanganan yang telah dilakukan, yaitu pengerahan pompa dari Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta dan dibantu oleh PPSU Kelurahan terkait. "Dari BPBD, kami juga menyiapkan bantuan kebutuhan pokok, seperti air mineral, tikar, terpal, matras, biskuit, selimut, peralatan mandi, hingga perlengkapan anak-anak," ujar dia.
Tren Menurun
Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG menyebut, curah hujan di wilayah DKI Jakarta mulai menurun. Namun, harus tetap waspada potensi terjadi banjir karena curah hujan di wilayah hulu yang diprakirakan masih tinggi.
"Meskipun curah hujan di DKI Jakarta trennya mulai menurun, di wilayah hulunya di Jawa Barat curah hujan masih cukup tinggi. Oleh karena itu, harus tetap meningkatkan kewaspadaan banjir," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono R Prabowo.
Untuk beberapa hari ke depan, DKI Jakarta masih berpotensi hujan lebat, tapi dengan curah hujan yang akan semakin berkurang. Prabowo menjelaskan, alasan terjadinya banjir di beberapa titik di wilayah DKI Jakarta pada hari ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu curah hujan di DKI Jakarta itu sendiri memang sudah lebat dan juga curah hujan di daerah Bogor yang tinggi.
BMKG mencatat, terdapat 15 titik wilayah di DKI Jakarta yang memiliki curah hujan di atas 100 mm pada Jumat (7/2) hingga Sabtu (8/2). Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal mengatakan, secara historis puncak musim hujan di Indonesia jatuh pada bulan Februari. Puncak hujan tercatat juga terjadi di bulan-bulan setelah Februari, tapi dengan persentase yang lebih kecil, yaitu 17 persen terjadi di bulan Maret dan 12 persen terjadi di bulan April.
Herizal mengatakan, secara umum di Indonesia pada bulan April mulai memasuki musim kemarau. Pada bulan-bulan tersebut diperkirakan akan banyak terjadi hujan lebat sesaat, angin kencang sesaat, ataupun angin puting beliung yang lazim muncul saat masa transisi pergantian musim.
Pada Februari sudah ada beberapa wilayah yang memasuki musim kemarau karena telah mengalami penurunan curah hujan, yaitu Aceh bagian timur, Sumatra Utara bagian timur, dan Riau bagian timur. Herizal mengingatkan untuk mewaspadai terjadinya kebakaran hutan khususnya di daerah Riau.