REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Uskup Agung Ignatius Suharyo, mendukung rencana pembangunan terowongan bawah tanah yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral di Jakarta. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) merestui rencana tersebut dan menyebutkan bahwa terowongan itu akan menjadi simbol silaturahim antarkedua umat beragama.
Ignatius mengatakan, sudah ada pembicaraan awal antara masjid Istiqlal dan Katedral soal rencana terowongan silaturahim ini beberapa waktu lalu. "Karena hubungan yang sudah familiar, pembicaraan itu informal. Ide yang dianggap bagus akhirnya sampai ke presiden," kata Ignatius, melalui pesan elektronik kepada Republika.co.id, Ahad (9/2).
Ia menambahkan, apa yang disampaikan Presiden Jokowi tentang terowongan silaturahim tersebut adalah kelanjutan dari gagasan awal pendirian Masjid Istiqlal di lokasi saat ini oleh presiden pertama RI Soekarno. Sesuai dengan gagasan Soekarno, Masjid Istiqlal menjadi simbol harmoni dan silaturahim di antara anak bangsa.
Ia mengatakan, terowongan silaturahim itu nantinya bukan sekadar memberi rasa aman bagi para penyeberang jalan, tetapi juga memiliki arti simbolik yang sangat kuat. "Kalau gagasan itu terwujud, akan menjadi monumen abadi yang sangat berarti dan bermakna," tambahnya.
Sebelumnya, beberapa pihak menilai beragama akan rencana pembangunan terowongan silaturahim ini. Majelis Ulama Indonesia (MUI) misalnya, menyambut positif rencana itu. Namun, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menilai pembangunan terowongan ini tidak diperlukan dan justru mempertanyakan tujuannya.