REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA -- Ketegangan di pulau-pulau pengungsi Yunani semakin meningkat. Kamp-kamp pengungsi sudah dalam kondisi memprihatinkan. Saat ini, kamp telah melebihi kapasitas dan membuat kondisi justru berbahaya bagi pengungsi dan penduduk setempat.
Perselisihan meningkat antara penduduk lokal dan pencari suaka yang mendarat melalui kapal-kapal dari Turki. Pekan pejabat senior di kawasan itu menyamakan situasi di Lesbos dengan "tong mesiu yang siap meledak".
"Sangat penting bahwa keadaan darurat sedang terjadi," kata gubernur Aegean utara Kostas Moutzouris dikutip dari The Guardian, Senin (10/2).
Lebih dari 42.000 orang diperkirakan berada di Lesbos, Samos, Chios, Leros dan Kos. Mereka tidak dapat pergi karena kebijakan penahanan yang ditentukan oleh Uni Eropa. Peraturan itu buat mereka tetap berada di pulau-pulau itu sampai permintaan suaka diproses oleh sistem yang menyatakan kekurangan tenaga kerja.
Kelompok-kelompok bantuan telah berulang kali menyerukan agar pengungsi pulau-pulau itu dievakuasi. Sekitar 20.000 pengungsi berada kamp Moria di Lesbos yang dirancang untuk menampung paling banyak 3.000 orang.
"Mereka hidup dalam kondisi yang jorok, seperti abad pertengahan dengan hampir tidak ada akses ke layanan dasar, termasuk air bersih dan panas, listrik, sanitasi dan perawatan kesehatan,” kata petugas advokasi Médecins Sans Frontieres Sophie McCann.
Tapi, McCann menyatakan masyarakat setempat juga mendapatkan sedikit perhatian. "Komunitas Lesbos telah ditinggalkan oleh pemerintahnya sendiri selama hampir lima tahun untuk berurusan dengan konsekuensi dari sistem penerimaan yang gagal. Seperti komunitas pengungsi, ini melelahkan," katanya.
Ketika sentimen anti-imigran melonjak, kelompok-kelompok diyakini disusupi oleh pendukung partai sayap kanan Golden Dawn mulai main hakim sendiri. Akhir pekan ini tujuh orang bersenjatakan tongkat kayu ditangkap di desa puncak bukit Moria karena dicurigai sebagai anggota geng yang tampaknya terkait dengan Golden Dawn.
"Orang-orang telah melihat harta benda mereka dihancurkan, domba dan kambing mereka telah dibantai, rumah mereka dibobol," kata pemimpin masyarakat Nikos Trakellis.
Lembaga Swadaya Masyarakat yang berada di pulau-pulau yang menampung pengungsi juga menjadi sasaran. Dalam beberapa minggu terakhir mobil telah dirusak dan orang asing yang dianggap membantu pengungsi telah diintimidasi.
"Ada satu minggu ketika tidak ada seorang pun [di LSM] yang ingin meninggalkan flat mereka. Pasti rasanya bisa meledak dan tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya," ujar pengajar di tempat pengungsian Ciaran Carney.