Selasa 11 Feb 2020 05:00 WIB

Jokowi Ajak Australia Perjuangkan Nilai Demokrasi dan HAM

Jokowi berpidato selama 16 menit di Parlemen Australia.

Red: Nur Aini
 Presiden Jokowi melakukan kunjungan kenegaraan ke Australia, pada Ahad (9/2). Dalam kunjungan ini, Presiden Joko Widodo akan disambut dengan upacara penyambutan kenegaraan oleh Gubernur Jenderal Australia David Hurley beserta istri di Government House, Canberra.
Foto: Tracey Nearmy/Pool via AP
Presiden Jokowi melakukan kunjungan kenegaraan ke Australia, pada Ahad (9/2). Dalam kunjungan ini, Presiden Joko Widodo akan disambut dengan upacara penyambutan kenegaraan oleh Gubernur Jenderal Australia David Hurley beserta istri di Government House, Canberra.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Presiden Joko Widodo mengajak Australia ikut terus memperjuangkan nilai-nilai demokrasi dan penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam menyongsong satu abad kemitraan Indonesia-Australia.

"Saya mengusulkan beberapa agenda prioritas menyongsong satu abad kemitraan kita, satu abad kemitraan kita. Kita harus terus memperjuangkan nilai demokrasi, hak asasi manusia, toleransi, dan kemajemukan. Setop intoleransi, setop xenofobia, setop radikalisme, dan setop terorisme," kata dia, di Gedung Parlemen, Canberra, Australia, Senin (10/2).

Baca Juga

Selama sekitar 16 menit, Jokowi menyampaikan pidato dalam bahasa Indonesia di hadapan kedua kubu Parlemen Australia, yaitu dari koalisi Partai Liberal dan koalisi Partai Buruh. Sebelum dia berpidato, Ketua Partai Liberal sekaligus PM Australia,Scott Morrison,serta Ketua Partai Buruh Australia,Anthony Albanese, juga menyampaikan pidato mengenai Indonesia dan sosok Jokowi.

Ia adalah kepala negara ke-12 yang diberikan kesempatan bicara di hadapan Parlemen Australia dalam sejarah Australia dan menjadi yang pertama untuk berbicara pada 2020.

"Terus kikis politik identitas di negara kita dan di berbagai belahan dunia. Baik itu atas dasar agama, etnisitas, identitas askriptif lainnya," kata Jokowi.

Ia menilai bahwa politik identitas merupakan ancaman terhadap kualitas demokrasi, ancaman bagi kemajemukan, dan ancaman bagi toleransi.

"Ancaman ini semakin nyata jika terus dieksploitasi demi kepentingan politik jangka pendek yang mengakibatkan kebencian, ketakutan bahkan konflik sosial," katanya.

Sebagai dua negara yang demokratis dan majemuk, Jokowi meminta agar Australia dan juga Indonesia harus bekerja keras, bahu membahu, berdiri tegak untuk memperjuangkan nilai-nilai demokrasi, toleransi dan kemajemukan, dan mencegah dunia dari ancaman benturan peradaban.

"Kedua, Indonesia dan Australia harus memperkuat prinsip ekonomi yang terbuka, bebas dan adil. Di tengah maraknya proteksionisme, kita harus terus menyuarakan keterbukaan dan keadilan ekonomi," kata dia, yang sebelum terjun ke dunia politik adalah pengusaha meubel itu.

Ada sejumlah pendekatan ekonomi yang menurut dia harus dicegah perkembangannya.

"Di tengah tumbuh suburnya, pendekatan zero sum game, kita harus terus memperkokoh paradigma sama-sama menang. Saya sangat percaya, bahwa sistem ekonomi terbuka dan adil adalah akan menguntungkan semua pihak," kata dia.

Zero Sum Game adalah pendekatan yang menyatakan dalam suatu relasi ekonomi hanya ada satu pihak yang diuntungkan sedangkan pihak lain akan merugi sedangkan pendekatan sama-sama menang (win-win) kedua pihak dapat saling menguntungkan.

"Itu mengapa saya menyambut baik kesepakatan Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Menyeluruh Indonesia-Australia. Kolaborasi menjadi kata kunci. Kolaborasi akan menciptakan peluang, mengembangkan pusat pertumbuhan ekonomi baru, dan menemukan solusi bagi tantangan ekonomi global," ungkap Presiden.

Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Menyeluruh Indonesia- Australia (IA-CEPA) telah diratifikasi DPR pada 6 Februari 2020.

"Ini yang sebenarnya Indonesia dan ASEAN proyeksikan melalui ASEAN Outlook on the Indo-Pacific. Outlook yang akan mengubah rivalitas menjadi kerja sama yang mengubah trust deficit menjadi strategic trust," kata Jokowi.

Jika hal itu dijalankan, kawasan Indo-Pasifik akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia masa depan. "Indonesia dan Australia harus menjadi jangkar kerja sama di kawasan Indo-Pasifik," kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement