REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Nuh merupakan nabi ketiga setelah Adam dan Idris. Jika adam kuat melalui cerita peristiwa hukum memakan buah khuldi dan pembunuhan Qabil terhadap Habil. Maka Nabi Nuh kuat ceritanya peristiwa banjir bandang, bahteranya, dan istri serta anaknya yang ingkar.
Alquran Surat Saffat ayat 126 menyebut Nabi Adam, Idris dan Nuh merupakan nenek moyang terdahulu. Kisah Nabi Nuh secara runtut dapat dicermati dalam Surat Hud ayat 25 sampai 49.
Alquran juga tidak menceritakan secara detil bahtera Nabi Nuh, baik bentuk ukuran, maupun lama pembuatan bahtera itu. Dalam surat Hud ayat 37 Allah berfirman "Buatlah kapal itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami dan janganlah engkau bicarakan dengan Aku tentang orang-orang zalim sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan."
Ayat ini menjelaskan bahwa pembuatan batera itu dilakukan di bawah pengawasan dan petunjuk Allah langsung. Meski ukuran dan bentuk batera itu tidak disebutkan, namun dapat dipastikan bahwa bahtera itu ukurannya besar, sehingga dapat memuat Nabi Nuh, keluarga dan kaumnya yang beriman serta sepasang binatang dari berbagai jenis seperti diabadikan surat Hud ayat 40.
"Hingga apa apabila perintah kami datang dan tanur (dapur) telah memancarkan air, Kami berfirman. Buatkanlah ke dalamnya kapal itu dari masing-masing hewan sepasang jantan dan betina dan juga keluargamu kecuali orang yang telah terkena ketetapan terdahulu dan menguatkan pula orang yang beriman,". Dikisahkan ternyata orang-orang beriman yang bersama dengan Nuh hanya sedikit.