Senin 10 Feb 2020 19:19 WIB

Muhammadiyah Kenang Gagasan Politik Almarhum Bahtiar Effendy

Sosok ilmuwan sejati yang sungguh-sungguh mendalami teori ilmu sosial.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Fakhruddin
Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin memberikan testimoni saat peluncuran buku Mengenang Sang Guru Politik Bachtiar Effendy di Kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, Senin (10/2).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin memberikan testimoni saat peluncuran buku Mengenang Sang Guru Politik Bachtiar Effendy di Kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, Senin (10/2).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu'ti menceritakan gagasan Profesor Bahtiar Effendy tentang politik Islam. Hal itu disampaikannya saat peluncuran buku Mengenang Sang Guru Politik Profesor Bahtiar Effendy di Pusat Dakwah Muhammadiyah pada Senin (10/2).

Mu'ti mengatakan, reformasi politik yang disambut euforia luar biasa itu oleh almarhum Bahtiar dianggap belum sampai pada cita-cita yang sangat mendasar. Sebab politik di negeri ini cenderung berkembang ke arah the winner takes all atau pemenang mengambil semuanya.

"Beliau (almarhum Bahtiar) selalu menawarkan solusi jalan tengah," kata Mu'ti kepada Republika di Pusat Dakwah Muhammadiyah, Senin (10/2).

Ia menceritakan, almarhum juga menilai perlu ada penguatan partai politik melalui proses seleksi yang objektif. Kemudian perlu mengakomodasi berbagai kelompok yang secara politik tidak terwadahi dalam partai politik.

Dalam konteks menjaga keseimbangan, maka politik harus semaksimal mungkin memberikan ruang kepada berbagai elemen masyarakat. Supaya semua elemen masyarakat bisa terwadahi di lembaga negara dan pemerintahan.

"Menurut saya itu penting dan beliau (Bahtiar) selalu menyampaikan bahwa dalam konteks Indonesia ke depan diperlukan penguatan partai Islam sebagai bagian dari keseimbangan politik di Indonesia," ujarnya.

Di tempat yang sama mantan ketua umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin juga menyampaikan, almarhum Bahtiar adalah sosok ilmuwan sejati yang sungguh-sungguh mendalami teori ilmu sosial. Ilmu itu yang sangat penting bagi intelektual atau cendekiawan Muslim.

"Karena dengan pendekatan ilmu-ilmu sosial seperti itulah kita bisa membaca realitas keumatan dan kebangsaan secara objektif dan dapat merancang langkah-langkah strategis ke depan," ujarnya.

Din mengungkapkan, almarhum Bahtiar menyimpan keperihatinan dan obsesi tentang relasi Islam dan politik, serta relasi Islam dan negara di Indonesia. Almarhum menilai relasi itu tidak sesuai dan sejalan dengan kesejarahan yang besar.

Maka ada kegusaran pada diri almarhum Bahtiar, sehingga dia selalu mendorong agar ada upaya kebangkitan. Artinya agar Islam lewat partai-partai Islam dapat berjaya di negeri ini. "Apalagi mayoritas pemilih adalah umat Islam," ujarnya.

Pada peluncuran buku Mengenang Sang Guru Politik Profesor Bahtiar Effendy sejumlah tokoh dan pejabat negara hadir. Di antaranya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Mantan Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat, Menko PMK Muhadjir Efendi, Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, dan Wakil Ketua Umum MUI KH Muhyiddin Junaidi serta tokoh-tokoh lainnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement