Senin 10 Feb 2020 19:21 WIB

Pidato di Australia, Jokowi Ibaratkan Kedua Negara Avengers

Jokowi menilai Indonesia-Australia sama-sama melawan musuh bersama.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Teguh Firmansyah
 Presiden Jokowi melakukan kunjungan kenegaraan ke Australia, pada Ahad (9/2). Dalam kunjungan ini, Presiden Joko Widodo akan disambut dengan upacara penyambutan kenegaraan oleh Gubernur Jenderal Australia David Hurley beserta istri di Government House, Canberra.
Foto: Tracey Nearmy/Pool via AP
Presiden Jokowi melakukan kunjungan kenegaraan ke Australia, pada Ahad (9/2). Dalam kunjungan ini, Presiden Joko Widodo akan disambut dengan upacara penyambutan kenegaraan oleh Gubernur Jenderal Australia David Hurley beserta istri di Government House, Canberra.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkesempatan menyampaikan pidato di hadapan anggota parlemen Australia dalam kunjungan kenegaraannya, Senin (10/2). Jokowi menegaskan, kemitraan yang harus terus terjalin hingga 2050 mendatang. Momen itu tepat pada peringatan 100 tahun hubungan diplomatik kedua negara.

Indonesia dan Australia, menurut Jokowi, sama-sama melawan 'musuh bersama' yakni ketidakpastian global meliputi dinamika ekonomi, ancaman kemiskinan, hingga perubahan iklim.

Baca Juga

"Kolaborasi kemitraan Indonesia dan Australia di tengah dunia yang terus dipenuhi ketidakpastian dapat diilustrasikan dalam film 'Avengers End Games'. Jika kekuatan positif bersatu, the avengers assemble maka musuh bersama dapat dilumpuhkan," jelas Jokowi di hadapan anggota Parlemen Australia, Senin (10/2).

Jokowi menegaskan bahwa kedua negara harus terus menjalin kerja sama di berbagai bidang. Presiden pun sempat menyinggung hubungan kedua negara yang selama ini tak pernah luput saling membantu saat masing-masing negara mengalami kesulitan.

Misalnya, Indonesia mengirim anggota militer untuk membantu memadamkan kebakaran hutan di Australia awal 2020 ini. Indonesia, jelas Jokowi, juga tak akan melupakan bantuan Australia dalam bencana tsunami Aceh pada 2004 lalu.

"Indonesia dan Australia ditakdirkan sebagai tetangga dekat. Kita tidak bisa memilih tetangga, tidak bisa. Namun kita memilih untuk bersahabat. Australia adalah sahabat paling dekat Indonesia," ujar Presiden.

Presiden juga memaparkan kondisi perekonomian Indonesia yang diprediksi akan menjadi yang terbesar keempat di dunia pada 2050 mendatang dengan Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 10,5 triliun dolar AS.

Indonesia, jelas Jokowi, juga akan menjadi negara emerging market dengan jumlah kelas menengah terbesar ketiga di dunia.

 

Namun Jokowi tak memungkiri bahwa ketidakpastian ekonomi dunia tetap meliputi hingga beberapa dekade ke depan. Jika tren yang terjadi saat ini berlanjut, maka hubungan kedua negara harus direkatkan lagi sebagai jangka pertumbuhan ekonomi di kawasan Indo-Pasifik.

"Indonesia dan Australia harus memperkuat prinsip ekonomi yang terbuka, bebas dan adil. Di tengah maraknya proteksionisme, kita harus terus menyuarakan keterbukaan dan keadilan ekonomi," jelas Jokowi.

Jokowi pun menyampaikan respons positifnya terhadap ratifikasi Indonesia - Australia Comprehensive Economic Partnership (IA-CEPA). Menurutnya, kolaborasi ekonomi kedua negara membuka peluang, mengembangkan pusat pertumbuhan ekonomi baru, dan menemukan solusi bagi tantangan ekonomi global.

 

"Ini yang sebenarnya Indonesia dan ASEAN proyeksikan melalui ASEAN Outlook on the Indo-Pacific. Outlook yang akan mengubah rivalitas menjadi kerja sama yang mengubah trust deficit menjadi strategic trust," jelasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement