Senin 10 Feb 2020 20:54 WIB

Tinggalkan China, Dua Mahasiswa Indonesia Tiba di Sebatik

Dua mahasiswa Indonesia kuliah di Nianjing pulang ke Tanah Air saat Corona mewabah.

Seorang warga melintasi rak tisu yang kosong di sebuah supermarket di Hong Kong, Kamis, (6/2). Warga memborong berbagai kebutuhan dasar di toko-toko seiring merebaknya wabah virus corona dari China daratan. (ilustrasi)
Foto: VIncent Vu/AP
Seorang warga melintasi rak tisu yang kosong di sebuah supermarket di Hong Kong, Kamis, (6/2). Warga memborong berbagai kebutuhan dasar di toko-toko seiring merebaknya wabah virus corona dari China daratan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NUNUKAN -- Dua mahasiswa asal Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara yang sedang menempuh pendidikan di China tiba di rumah orang tuanya di Pulau Sebatik. Mereka mengaku khawatir terjangkit virus Corona yang tengah mewabah di Negeri Tirai Bambu itu.

Sapriadi, mahasiswa yang baru tiba di Pelabuhan Liem Hie Djung, Kabupaten Nunukan, Senin (10/2) menceritakan, perjalanannya pulang ke kampung halamannya setelah merebaknya virus Corona di negara tempatnya kuliah. Selama dua hari perjalanan dari Nianjing China menuju Bandara Sukarno Hatta di mana sebelumnya transit di Bangkok, Thailand.

Baca Juga

Mahasiswa jurusan Bisnis Internasional Jiansu Institute Nianjing China ini mengatakan sempat dikarantina selama dua pekan atas instruksi kampusnya sebelum memutuskan pulang ke Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan. Namun dia mengatakan, selama merebaknya virus Corona di China belum mendapatkan informasi adanya warga negara Indonesia (WNI) atau mahasiswa yang terjangkit.

"Selama disana saya tidak pernah dengar ada WNI atau mahasiswa yang terjangkit virus Corona," ujar mahasiswa semester IV di Nianjing ini saat baru tiba di Pelabuhan Liem Hie Djung Tanah Merah Kelurahan Nunukan Barat.

Mahasiswa lainnya bernama Muh Sahrul, jurusan Ekonomi Digital di Jiansu Institute Nianjing China juga menuturkan kekhawatirannya atas virus Corona, sehingga memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Pulau Sebatik. Meskipun biaya transportasi kembali ke Tanah Air ditanggung sendiri.

"Saya pulang bersama Sapridi karena orang tuanya khawatir keselamatan di sana (Nianjing)," ujar Muh Sahrul, mahasiswa semester IV di Nianjing ini.

Kedua mahasiswa Nunukan yanag menuntut ilmu di China ini mengaku ketika tiba di Bandara Soekarno Hatta dan Bandara Juwata Tarakan tidak pernah diperiksa oleh petugas kesehatan hingga tiba di Kabupaten Nunukan. "Saya tidak pernah diperiksa oleh petugas kesehatan waktu sampai di Bandara Soekarno Hatta dan Juwata Tarakan," beber kedua mahasiswa ini.

Kemudian, orang tua Sapriadi bernama Sirajuddin yang menjemputnya di Pelabuhan Liem Hie Djung mengucapkan terima kasih atas tibanya anak kandungnya dari China dengan selamat. Ia menuturkan, selama mendapatkan berita soal virus corona merebak di China dengan korban yang sudah ratusan orang ini, dirinya sangat khawatir atas kondisi anaknya.

Oleh karena itu, kata pria yang berdomisili di Liang Bunyu Kecamatan Sebatik Barat ini menyatakan cepat berkomundikasi dengan anaknya menanyakan kondisinya dan mengajak pulang ke kampung halamannya untuk sementara waktu. Sirajuddin mengatakan, belum mengetahui kapan waktu untuk memberikan kesempatan kepada anaknya kembali kuliah di Nianjing.

"Sebelum ada kepastian kondisi China aman dari virus corona belum membiarkan dulu kembali ke sana. Nanti ada panggilan dari kampusnya baru melepaskan kembali ke China," tutur dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement