REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komunitas Muslim Indonesia yang berada di Australia dan Selandia Baru akan mengadakan muktamar muslim. Kegiatan ini merupakan kali kedua setelah sebelumnya dilakukan pada 2016 lalu.
Panitia acara, Andri Nursafitri, menyebut tujuan diadakannya kegiatan ini agar komunitas muslim asal Indonesia yang tinggal di dua wilayah ini memiliki wadah atau jaringan untuk saling berhubungan. Ia juga menyebut dengan diadakannya muktamar ini, setiap peserta bisa bertukar informasi maupun menjalin silaturahmi dengan masyarakat lainnya
"Terutama mereka yang mengelola masjid atau rumah ibadah, maupun organisasi Islam di Australia dan New Zealand. Kepentingannya agar kita bisa terus berdakwah dan menjadikan Islam sebagai rahmatan lil alamin," ujar Andri saat berkunjung ke kantor Republika, Senin (10/2).
Pada muktamar sebelumnya yang diadakan di Melbourne, tema yang diangkat seputar living in harmony. Hal-hal yang dibahas seputar kehidupan sosial termasuk intoleransi, narkoba, serta kasus-kasus radikalisme.
Untuk kali ini, panitia mengangkat tema pengembangan ekonomi islam atau ekonomi syariah di Australia dan Selandia Baru. Hasil akhirnya, komunitas muslim Indonesia ini ingin memiliki lembaga keuangan syariah di sana.
Dalam jangka panjang, mereka ingin ada bank syariah yang didirikan di benua hijau ini. Untuk waktu dekat, setidaknya mereka ingin mendirikan lembaga koperasi syariah yang regulasinya dinilai tidak terlalu rumit.
"Kita ingin ada action dari kegiatan muktamar ini. Ada satu lembaga koperasi syariah yang menjadi template bisa menjadi cikal bakal pendirian koperasi syariah di lokasi-lokasi lainnya," lanjutnya.
Kegiatan Muktamar Muslim Indonesia Autralia-Selandia Baru ini akan berlangsung pada 10 dan 11 April di Auckland, Selandia Baru. Selama dua hari, peserta akan mengikuti kegiatan tabligh akbar serta seminar dan diskusi.
Andri menyebut kegiatan di hari pertama dimulai dengan tabligh akbar yang dilakukan bersama Ustaz Adi Hidayat. Kegiatan tausyiah ini digelar di Mount albert war memorial hall, Auckland, Selandia Baru. Sementara di hari kedua, diadakan seminar terkait ekonomi Islam yang akan dibawakan oleh tiga narasumber.
Pembicara pertama yakni Mulya E. Siregar selaku Komisaris Utama Bank Syariah Mandiri (BSM) dan mantan direktur BI. Lalu ada Muhammad Syafi'i Antonio selaku ulama dan akademisi ahli ekonomi Islam dan lembaga keuangan syariah.
Narasumber terakhir adalah Reza Abdul Jabbar. Beliau adalah seorang peternak dan pedagang Islam yang sukses di Selandia Baru. Reza sendiri merupakan muslim asal Pontianak yang mampu menggerakkan ekonomi di sekitar tempat ia tinggal.
"Kami harap para pembicara ini bisa berbagi informasi kepada teman-teman bagaimana pendirian koperasi syariah, dan apa-apa yang harus diperhatikan. Dan tidak kalah penting, bagaimana kita bisa bersinergi antara NZ-Australia-Indonesia," lanjut Andri.
Project Director atau Ketua Panitia kegiatan muktamar ini, Husni Abbad, menyebut di Selandia Baru maupun Australia sebetulnya sudah ada unit-unit kecil pengelolaan keuangan syariah. Di antaranya tabungan haji dan lembaga penerimaan tanah wakaf. Dengan hadirnya koperasi setelah muktamar ini digelar, ia harap pengetahuan akan ekonomi syariah bisa lebih berkembang.
"Yang diundang untuk acara ini selain muslim Indonesia juga muslim non-Indonesia. Karena kita melihat mereka juga sebetulnya ingin menetahui bagaimana ekonomi Islam itu," ujarnya.
Husni menyebut di Selandia Baru maupun Selandia Baru belum ada sosok yang betul-betul paham akan ekonomi Islam. Dengan adanya kegiatan ini, diharap tidak hanya memberikan pengarahan tapi membangun relasi yang berkesinambungan dan ada mentoring jarak jauh.
"Kita ada unit-unit kecil, seperti yang disebutkan, tapi kita sebetulnya juga belum clear yang syariah itu yang bagaimana. Dengan bantuan mentor-mentor itu, insya Allah jadi pengetahuan dan apa yang kita lakukan jadi lebih terarah," lanjut Husni.