REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Bank Dunia mengingatkan pemerintah Indonesia terhadap potensi perlambatan ekonomi dunia yang disebabkan epidemi virus korona (2019-nCoV). Perlambatan dipicu terutama oleh pukulan kepada ekonomi China dari sektor penerbangan dan perdagangan.
Direktur Pelaksana Bank Dunia Bidang Pengembangan Kebijakan dan Kemitraan, Mari Pangestu, menyebutkan bahwa sektor pariwisata nasional paling banyak terkena imbasnya. China merupakan salah satu penyumbang terbanyak turis asing yang singgah ke Indonesia.
Tahun 2019 saja, jumlah wisatawan asal China yang masuk Indonesia sebanyak 2,07 juta kunjungan. "Yang pasti kena imbas pariwisata dan transportasi, itu sudah pasti kena imbasnya. Tapi bagaimana dengan konsumsi dalam negeri?" ujar Mari usai bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Bogor, Selasa (11/2).
Mari menilai bahwa Indonesia masih memiliki bantalan yang kuat terhadap guncangan ekonomi dunia, terutama dari konsumsi rumah tangga. Artinya, ujar Mari, pemerintah harus bekerja keras menjaga daya beli masyarakat agar konsumsi tetap terjaga.
Salah satunya dengan mempercepat penyaluran bantuan sosial, baik melalui Program Keluarga Harapan (PKH) atau pemberian insentif kepada pelaku UMKM. "Ini yang perlu ditingkatkan mengantisipasi penurunan daya beli, dan bagaimana tadi juga kita bahas kalau pariwisata dari luar negeri mengalami penurunan, bagaimana kita mendorong pariwisata," ujar Mari.
Artinya, lanjut Mari, kunci penyelamatan perekonomian nasional ada dua yakni mendorong sektor pariwisata dan menjaga daya beli masyarakat. Di sektor pariwisata, pemerintah bisa memberi insentif atau kemudahan kepada pelaku industrinya, termasuk mendorong lebih banyak event wisata di destinasi yang sebelumnya paling banyak diisi turis China seperti Manado dan Bali.
"Persis seperti waktu 2008 krisis kita juga memikirkan bagaimana kita mengamankan daya beli. Ada program-program untuk dorong konsumsi ataupun mendorong sektor-sektor tertentu atau meringankan," jelasnya.