Selasa 11 Feb 2020 16:00 WIB

Akibat Corona Ratusan Perusahaan China Utang di Bank

Ratusan perusahaan China mengatakan butuh pinjaman miliaran dolar untuk bertahan

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Christiyaningsih
Petugas berpelindung lengkap berjalan di lobby Gedung Shanghai Stock Exchange, Senin (3/2). Ratusan perusahaan China mengatakan butuh pinjaman miliaran dolar untuk bertahan akibat virus Corona. Ilustrasi.
Foto: AP
Petugas berpelindung lengkap berjalan di lobby Gedung Shanghai Stock Exchange, Senin (3/2). Ratusan perusahaan China mengatakan butuh pinjaman miliaran dolar untuk bertahan akibat virus Corona. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI - Kekhawatiran akan ekonomi China semakin meningkat akibat epidemi virus Corona Wuhan. Ratusan perusahaan China mengatakan mereka akan membutuhkan miliaran dolar dalam bentuk pinjaman untuk tetap bertahan. PHK juga dimulai meskipun ada jaminan dari Presiden Xi Jinping bahwa pemecatan yang meluas akan dihindari.

"Wabah virus Corona benar-benar mengubah dinamika ekonomi China," kata analis JPMorgan ketika mereka menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi China, Selasa (11/2).

Baca Juga

Lebih dari 300 perusahaan China mencari pinjaman bank dengan total setidaknya 57,4 miliar yuan (sekitar Rp 113 triliun). Pinjaman ini untuk membantu mengatasi gangguan yang disebabkan oleh kota-kota yang dikarantina, pabrik-pabrik yang tutup, dan jalur pasokan yang lumpuh.

Di antara calon peminjam adalah raksasa pengiriman makanan Meituan Dianping, pembuat ponsel pintar Xiaomi Corp., dan penyedia layanan perjalanan Didi Chuxing Technology Co. Perusahaan China Xinchao Media pada Senin mengatakan telah mem-PHK 500 orang atau lebih dari 10 persen dari tenaga kerjanya. Sedangkan rantai restoran Xibei mengatakan khawatir tentang bagaimana cara membayar upah sekitar 20 ribu pekerjanya.

Pihak berwenang mengatakan mereka akan meluncurkan langkah-langkah untuk menstabilkan pekerjaan, di samping pemotongan suku bunga dan stimulus fiskal yang sebelumnya diumumkan yang dirancang untuk meminimalkan penurunan. Pasar saham Asia mengikuti Wall Street lebih tinggi pada Selasa (11/2) bahkan ketika pabrik-pabrik China berjuang untuk membuka kembali dan analis memperingatkan investor mungkin meremehkan bagaimana epidemi ini akan merusak secara ekonomi.

Analis di Nomura mengatakan langkah-langkah untuk mengembalikan pekerja dan arus lalu lintas penumpang di China menunjukkan virus itu memiliki dampak buruk pada ekonomi China pada Januari dan Februari. "Kami khawatir bahwa pasar global sejauh ini tampaknya secara signifikan meremehkan tingkat gangguan," tulis analis dalam sebuah catatan.

Satu lembaga think tank pemerintah China memperkirakan virus itu akan menghapus satu persen poin dari ekspansi ekonomi tahunan. Para analis khawatir gangguan yang berkepanjangan bisa berdampak negatif bagi pertumbuhan global.

Sebanyak 108 kematian virus Corona lainnya dilaporkan pada hari Selasa (11/2), menjadikan jumlah total orang yang tewas di negara ini menjadi 1.016, kata Komisi Kesehatan Nasional. Ada 2.478 kasus baru yang dikonfirmasi di daratan China pada Senin sehingga total menjadi 42.638 orang terinfeksi.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement