Selasa 11 Feb 2020 19:08 WIB

Lokasi Museum Rasulullah di Indonesia Belum Ditentukan

Panitia masih mengkaji beberapa alternatif lokasi Museum Rasulullah.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Nashih Nashrullah
Wakil Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI), sekaligus Ketua Panitia Pembangunan Museum Rasulullah, Syafruddin.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Wakil Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI), sekaligus Ketua Panitia Pembangunan Museum Rasulullah, Syafruddin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Lokasi Museum Rasulullah yang ada di Indonesia belum diputuskan. Penentuan lokasi itu akan dilakukan dalam rapat koordinasi yang dilakukan pada 18-20 Februari 2020 mendatang.

Wakil Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI), sekaligus Ketua Panitia Pembangunan Museum Rasulullah, Syafruddin menjelaskan pembangunan ini diprakarsai panitia yang terdiri dari tiga unsur utama, yakni Yayasan Waqaf Assalam, Liga Muslim Dunia, dan DMI sebagai representasi dari Indonesia. Tim dari kepanitiaan akan hadir di Indonesia pada 18 Februari 2020 untuk melakukan peninjauan lokasi.  

Baca Juga

"Tim baru akan berkumpul 18 Februari yang akan datang untuk meninjau lokasi yang sudah disiapkan dan akan diputuskan dalam mungkin 18 19 setelah ditinjau lokasinya di mana," kata Syafruddin saat ditemui Republika.co.id di Kantor Pimpinan Pusat DMI, Jakarta, Selasa (11/2). 

Syafruddin menyebutkan, sejauh ini ada empat tempat yang dijadikan pilihan untuk lokasi Museum. Lokasi pertama adalah di kawasan Cimanggis, Depok, tepatnya di Kompleks Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) yang tengah dalam proses pembangunan. Kamudian, lokasi kedua yang menjadi alternatif adalah di Al Markaz Al Islami, Makassar.  

Pilihan lokasi ketiga adalah di kawasan Cisauk, Kabupaten Tangerang. Lalu alternatif lokasi pilihan keempat adalah di Jakarta, Ancol. Penentuan itu belum dilakukan, sehingga Syafruddin memgoreksi keterangan Sekjen DMI yang sebelumnya menyebut adanya pemindahan lokasi pembangunan Museum Rasulullah dari Cimanggis ke Ancol.  

"Tanggal 18 itu ditinjau alternatif itu, lalu diputuskan, kan ada timnya, tim studi dan assessment, lingkungan. Nanti itu dirapatkan. Jadi belum ada, apalagi namanya pindah dari Depok ke Jakarta tidak ada istilah begitu. Belum diputuskan," tegas mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi itu.   

Dalam penentuan lokasi itu, nantinya tim akan mempertimbangkan sejumlah aspek. Menurut Syafruddin, aspek aspek itu meliputi estetika, wisata, transportasi hingga studi lingkungan. Luas tanah yang disiapkan mencapai 6 hektare.   

"Karena ini museum Rasulullah, ini kan destinasi wisata religi berbasis Islam apalagi membawa simbol Rasulullah SAW, tentu mempertimbangkan semua aspek. Estetika, ketepatan apakah ini menjadi sebuah wisata proses seperti apa, kan nanti orang berlimpah datang. Lalu aspek aspek kemacetan, jangkauan kemudian lingkungan juga dipertimbangkan," kata eks Wakapolri itu.   

Namun, penentuan lokasi itu nantinya tidak akan berpengaruh terhadap konsep museum yang akan dibangun. Menurut Syafruddin, konsep museum akan mengikuti paten yang disepakati oleh Yayasan Assalam.  

"Konsepnya sudah ada. Yang penting itu luas tanahnya 6 hektare dan semuanya sudah siap itu. Tetap sama tidak ada perubahan (konsep)," ujar dia menegaskan. 

Setelah tempat ditentukan, rencananya, groundbreaking museum ini akan dimulai pada 26 Februari 2020. Groundbreaking itu akan dilakukan langsung oleh Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia Muhammad bin Abdul Karim Issa yang akan hadir di Indonesia.  

Syafruddin menambahkan, museum Rasulullah ini telah ada di Makkah dan Madinah. Setelah itu, terdapat 25 negara, termasuk Indonesia yang mendapatkan kepercayaan untuk membangun museum tersebut. Bukan hanya negara dengan penduduk mayoritas muslim, negara lain juga turut membangun Museum tersebut, misalnya Inggris, Russia, dan Serbia.  

Meski DMI menjadi representasi Indonesia dalam tiga institusi utama pemrakarasa pembangunan Museum Rasulullah, di Indonesia sendiri, pembangunan Museum Rasulullah akan melibatkan berbagai organisasi masyarakat Islam, seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Majelis Ulama Indonesia, dan organisasi lain. Bahkan, sejumlah media massa pun dilibatkan dalam kepanitiaan. "Jadi seluruhnya gotong royong," ucap Purnawirawan Jenderal Polisi Bintang tiga ini

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement