REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Fatah mengatakan mendukung keputusan Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang diungkapkan dalam pidatonya di depan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB), Rabu (12/2). Mereka menentang pernyataan Israel yang meminta Abbas untuk mundur.
Dikutip dari WAFA, Fatah mengatakan pernyataan delegasi Israel untuk PBB sangat berbahaya. Menyatakan dorongan untuk menjatuhkan Abbas akan membuat hambatan dalam menyepakati perdamaian.
Duta Besar Israel untuk PBB Danny Danon menuduh Abbas tidak realistis dalam menyampaikan pidato di hadapan DK PBB. Dia menyatakan perdamaian tidak mungkin dilakukan saat dia masih berkuasa.
"Posisi ini mengingatkan pada apa yang terjadi pada pemimpin Yasser Arafat ketika dia berpegang pada konstanta nasional dan menolak untuk menyerahkan hak-hak nasional Palestina yang sah, terutama pada masalah Yerusalem, pengungsi, dan negara Palestina yang berdaulat dan merdeka pada 4 Juni 1967," kata Fatah dalam sebuah pernyataan.
Fatah menyatakan ketika Israel menargetkan presiden maka mereka sedang menargetkan rakyat Palestina, menargetkan hak-hak nasional, dan hak warga untuk menentukan nasib sendiri. Israel dianggap menekan kebebasan dan kemerdekaan untuk Palestina.
Abbas memberikan pidato penentangan proposal perdamaian Timur Tengah yang diberikan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di hadapan DK PBB pada Selasa (11/2). Dalam penyampaian itu, dia menyatakan penawaran yang diberikan Trump pada Palestina seperti keju Swiss.
Abbas menolak rencana itu dan mengupayakan kembalinya negosiasi berdasarkan resolusi yang memberikan solusi dua negara berdasarkan garis perbatasan pra-1967. "AS tidak bisa menjadi satu-satunya mediator," katanya.
Penyataan itu dengan tegas menolak peran tradisional AS menjadi perantara untuk mengakhiri konflik yang terjadi antara dua negara. Abbas pun menyerukan untuk diadakannya konferensi internasional.