Rabu 12 Feb 2020 11:40 WIB

Maskapai dari Penjuru Dunia Batalkan Penerbangan ke China

Pembatalan sejumlah maskapai penerbangan ke China itu hingga Maret 2020.

Sejumlah maskapai penerbangan dunia membatalkan penerbangan ke China, salah satunya British Airways. Foto British Airways (ilustrasi)
Foto: EPA/ANDY RAIN
Sejumlah maskapai penerbangan dunia membatalkan penerbangan ke China, salah satunya British Airways. Foto British Airways (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah maskapai penerbangan dari penjuru dunia membatalkan penerbangan ke China rata-rata hingga Maret mendatang. Langkah ini ditempuh menyusul makin meluasnya penyebaran virus corona tipe baru yang telah merenggut lebih dari seribu nyawa manusia.

Dari benua Amerika terdapat United Airlines yang pangkalan utamanya di AS membatalkan sejumlah jadwal penerbangan ke Beijing, Shanghai, dan Chengdu mulai 6 Februari hingga 28 Maret 2020. Demikian pula penerbangan ke Hong Kong dibatalkan pada 8-20 Februari.

American Airlines juga membatalkan semua rute penerbangannya ke China hingga 27 Maret, demikian laman Guo Luyun, Rabu pagi. Delta Air Lines dan Air Canada memberhentikan pesawat-pesawatnya yang melayani penumpang bertujuan sejumlah kota di China.

Dari Eropa ada British Airways yang menghentikan sementara penerbangannya ke China. Virgin Atlantic baru akan terbang dari Bandara Heathrow, London, menuju Shanghai pada 29 Maret kemudian kembali ke London dari Bandara Pudong Shanghai pada 30 Maret.

Sejumlah pesawat milik Lufthansa Group, yakni Lufthansa, Swissair, dan Austrian Airlines tidak menerbangi rute menuju Beijing dan Shanghai hingga 29 Februari. Sedangkan tujuan Nanjing, Shenyang, dan Qingdao hingga 28 Maret.

Air France membatalkan semua penerbangannya ke Wuhan hingga 29 Maret meskipun tidak ada kejelasan sampai kapan Ibu Kota Provinsi Hubei yang dinyatakan sebagai episentrum 2019-nCoV itu dibuka kembali. KLM, Tukrish Airlines, SAS, Finnair, Iberia Airlines, dan Polish Airlines untuk sementara juga menghentikan penerbangannya ke sejumlah kota di China hingga akhir Februari atau akhir Maret.

Dari Asia ada Singapore Airlines, Silk Air, Qatar Airways, Emirates, dan Etihad Airways mengistirahatkan armadanya tujuan China per 5 Februari. Malaysia Airlines untuk rute Sabah-Shanghai ditangguhkan mulai 18 Februari. Japan Airlines jurusan Narita-Beijing juga batal terbang pada 17 Februari-28 Maret. Demikian halnya dengan ANA yang sama-sama dari Jepang.

Korean Air dari Incheon ke Wuhan batal hingga 27 Maret diikuti pembatalan lainnya dari Busan dan Jeju menuju Huanghshan, Zhangjiajie, Changsha, Kunming, Qingdao, Nanjing, Beijing, Shanghai, Shenzhen, Shenyang, Hefei, Hangzhou, Xiamen, Jinan, Tianjin, Weihai, Xi'an, dan Zhengzhou. Philippine Airlines yang belakangan diperkuat sejumlah armada baru membatalkan semua penerbangan dari Manila ke semua kota besar di China, termasuk Makau hingga 29 Februari.

Dari Indonesia ada Lion Air, termasuk Batik Air, membatalkan semua penerbangan dari dan ke China. Sebelumnya Kementerian Perhubungan RI juga telah membuat imbauan kepada maskapai di Tanah Air sehingga sejak 5 Februari sudah tidak ada lagi penerbangan ke China.

Penerbangan ke China dari Afrika yang dilayani Egypt Air, Kenya Airways, Air Morocco, Air Mauritius, Tanzania Airlines, dan Rwanda Airlines juga ditangguhkan. Tidak ketinggalan dengan maskapai-maskapai penerbangan dari Australia, seperti Palau, Air New Zealand, Qantas, Jetstar, Virgin Australia juga membatalkan penerbangannya ke China dan Hong Kong.

Air China, maskapai penguasa daratan China juga membatalkan penerbangannya ke Los Angeles, San Fransisco, New York, dan Washington pada 11 Februari-28 Maret. Demikian pula penerbangan maskapai pelat merah China itu untuk tujuan Singapura, Vietnam, Australia, Italia, dan Mongolia turut dibatalkan.

Maskapai BUMN China lainnya, China Eastern Airlines dan China Southern Airlines, menghentikan sementara penerbangan ke kota-kota besar lainnya di Asia, AS, Eropa, dan Timur Tengah. Hainan Airlines milik seorang taipan China juga mendapati dampak yang tidak mengenakkan di jalur Shenzhen-Vancouver dan Beijing-Manchester.

Kementerian Luar Negeri China (MFA) sangat menyayangkan pembatalan sejumlah penerbangan global itu karena tidak sejalan dengan kebijakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). "Beberapa kali Dirjen WHO Tedros menekankan bahwa pembatalan penerbangan itu tidak direkomendasikan. WHO juga tidak merekomendasikan pembatasan perjalanan dan perdagangan ke China," kata juru bicara MFA Geng Shuang dalam keterangan tertulis.

Sementara itu hingga berita ini diturunkan angka kematian akibat 2019-nCoV telah mencapai 1.112 orang. Sebanyak 4.637 lainnya dinyatakan sembuh.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement