REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Kandidat Calon Presiden Amerika Serikat (AS) Bernie Sanders menang tipis dalam primary Partai Demokrat di Negara Bagian New Hampshire. Kemenangan itu memperkuat statusnya sebagai kandidat unggulan dalam pemilihan presiden bulan November mendatang.
Mantan wali kota South Bend Pete Buttigieg hanya kalah tipis di urutan kedua setelah menang di kaukus Iowa. Tim kampanye Buttigieg dan Sanders meminta hasil kaukus Iowa dihitung ulang.
Sanders seorang senator progresif dari Vermont. Kemenangan itu menjadi tangkalan atas tuduhan pesaing-pesaingnya yang menilai pandangnya terlalu kiri.
"Kemenangan di sini awal dari berakhirnya Donald Trump," kata Sanders di Manchester, New Hampshire, Rabu (12/2).
Pendukung Sanders menyoraki Buttigieg ketika laki-laki berusia 38 tahun itu tampil di loayar. Mereka bersorak 'Wall Street Pete'.
New Hampshire juga menjadi tempat yang bagus bagi Senator Amy Klobuchar yang menunggangi gelombang momentum debat Jumat (8/2) lalu. Di primary New Hampshire Klobuchar berada diurutan ketiga.
Mantan Wakil Presiden Joe Biden kembali mengalami hari yang buruk di New Hampshire. Setelah berada di urutan keempat di kaukus Iowa ia terpukul ke urutan kelima. Kemampuannya untuk menarik suara moderat semakin dipertanyakan.
Biden gagal dalam dua pemilihan calon presiden dari Partai Demokrat sebelum akhirnya menjadi wakil presiden Barack Obama tahun 2008. Ia berharap dapat tetap dapat mengambang hingga 29 Februari dalam pertarungan South Carolina dan serangkaian kontestasi di negara-negara bagian Selatan pada 3 Maret.
Jika ia mendapat dukungan yang kuat di sana maka pencalonannya akan berakhir. "Ini belum berakhir, ini baru dimulai," kata Biden kepada pendukungnya di South Carolina.
Senator progresif lainnya Elizabeth Warren yang bersekutu dengan Sanders cukup menjadi kandidat unggulan di New Hampshire tiga bulan yang lalu. Tapi ia justru mengalami hari yang buruk di sana. Ia berakhir di urutan keempat dan kemampuannya juga dipertanyakan.
Bagi Sanders yang juga memenangkan 60 persen suara dibandingkan kandidat lainnya Hillary Clinton pada 2016 lalu. Hasil ini momentum baru tapi bukan kemenangan yang mengejutkan. Exit poll pada 2016 ia hanya mendapatkan dua pertiga suara.