Kamis 13 Feb 2020 00:50 WIB

IDI: Penyebaran Cikungunya Serupa DBD

Penyebaran Cikungunya serupa DBD, pencegahannya pun sama.

Rep: Abdurrahman Rabbani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Ilustrasi pasien Cikungunya.
Foto: Republika/Prayogi
Ilustrasi pasien Cikungunya.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Tangerang Selatan mengingatkan penyebaran penyakit cikungunya serupa dengan penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD). Yakni melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

"Cuma dampaknya yang berbeda tidak seperti demam berdarah. Jika DBD bisa menyebabkan seseorang meninggal dunia, Cikungunya tidak," kata Ketua IDI Kota Tangsel Imbar Umar Gazali di Serpong, Tangsel, Rabu (12/2).

Kata Imbar, penularan penyakit Cikungunya, biasanya tergantung kondisi tubuh seseorang. Jika tubuh seseorang dalam keadaan sehat, saat digigit nyamuk penularan tidak dapat terjadi.

"Nyamuk itu enggak milih (untuk gigit). Tetapi, biasanya kalau seseorang punya imun kuat, tidak sedang sakit panas, dipastikan tidak kena," ucap Imbar.

Tidak hanya penularan virus Cikungunya sama seperti DBD, pencegahannya pun sama. Masyarakat diimbau menjaga lingkungan agar tetap bersih. Terutama bagi mereka yang bermukim di dekat hutan atau kebun. Karena nyamuk lebih suka di tempat seperti rawa, hutan, dan kubangan air.

"Pertama itu kebersihan lingkungan, karena musim hujan banyak air genangan itu menjadi sarang nyamuk. Jadi sering-sering lakukanlah pembersihan," ujar dia.

Sebelumnya 70 warga RW 10 Kampung Rawa Lele, Kelurahan Jombang, Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan, menderita chikungunya sejak awal tahun. Mereka menderita demam dan radang persendian. Beberapa dari mereka bahkan tidak bisa berjalan.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, Deden Deni mengimbau masyarakat melakukan pencegahan dengan bersih-bersih. Caranya dengan 3M (menguras, menutup, mendaur ulang) di lingkungan masing-masing.

“Kami juga sudah melakukan fogging (pengasapan) di kawasan yang banyak terdampak, nanti titiknya diperluas di wilayah yang memang banyak menderita gejala itu," jelas Deden.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement