Kamis 13 Feb 2020 03:47 WIB

Perjanjian Damai AS-Taliban Bisa Jadi Diteken Bulan Ini

AS dan Taliban kemungkinan akan menandatangani perjanjian damai pada Februari ini.

Pemimpin politik top Taliban Mullah Abdul Ghani Baradar (ketiga dari kiri). Taliban dan AS kemungkinan akan menandatangani perjanjian damai pada Februari ini.
Foto: AP Photo/Alexander Zemlianichenko
Pemimpin politik top Taliban Mullah Abdul Ghani Baradar (ketiga dari kiri). Taliban dan AS kemungkinan akan menandatangani perjanjian damai pada Februari ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perjanjian damai antara Amerika Serikat (AS) dan Taliban kemungkinan akan diteken bulan ini. Hal itu dimungkinkan terjadi jika Taliban benar-benar menurunkan kekerasan, kata dua sumber di kalangan pemerintah Afghanistan dan seorang diplomat Barat, Rabu.

Jadwal sementara itu dikabarkan oleh beberapa sumber, satu hari setelah Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengatakan bahwa kemungkinan ada terobosan dalam perundingan AS dengan Taliban di Qatar. Perundingan antara kedua pihak mengalami kebuntuan, antara lain terkait tuntutan AS bahwa para gerilyawan harus setuju menurunkan kekerasan sebagai bagian dari kesepakatan penarikan pasukan Amerika.

Baca Juga

Suhail Shaheen, juru bicara kantor politik Taliban di Ibu Kota Qatar, Doha, mengatakan bahwa kemajuan sudah dicapai. Akan tetapi, ia menolak untuk memberikan keterangan lebih rinci.

Doha telah menjadi tempat penyelenggaraan perundingan antara pihak-pihak bertikai itu sejak 2018, bahkan pada saat peperangan berlanjut di seluruh negeri, yang hingga menewaskan ratusan warga sipil dan tentara, pada saat Taliban meningkatkan kendali wilayah. Pejabat ketiga Afghanistan mengatakan Amerika Serikat pada prinsipnya sudah menyetujui perjanjian itu, tapi AS tidak akan menandatanganinya sampai Taliban bisa memperlihatkan menurunkan kekerasan.

"Perjanjian itu kemungkinan akan segera ditandatangani bulan ini," kata pejabat tersebut, yang tidak ingin disebutkan namanya.

sumber : Antara, Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement