REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penutupan sementara penerbangan dari dan ke China yang mengakibatkan maskapai harus menelan kerugian dengan pembatalan perjalanan ke destinasi negara tersebut. Menteri Perhubungan Budi Karta Sumadi meminta maskapai mencari konektivitas pengganti untuk menghindari kerugian yang lebih parah.
Budi meminta Garuda, Batik Air, Lion Air, Air Asia, dan sebagainya mulai merencanakan pengalihan rute ke negara lain. “Kita memikirkan peluang apa yang mungkin. Paling masig seperti ke India, Pakistan, dan Bangladesh,” kata Budi usai diskusi bersama dengan maskapai di Gedung Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Rabu (12/2).
Dia menambahkan bahkan duta besar dari negara-negara tersebut sebelum adanya virus corona sudah membahas untuk adanya konektivitas penerbangan dari Indonesia. Untuk itu, Budi menilai hal tersebut dapat menjadi peluang bagi maskapai yang terdampak tidak bisa melakukan penerbangan ke China.
“Paling lambat Mei ini (2020) sudah dilakukan (pengalihan rute) karena perencanaan itu tidak bisa seketika,” ujar Budi.
Sebab, Budi menilai yang menjadi massalah saat ini yakni penerbangan yang berhubungan dengan China dan Singapura. Sementera penerbangan internasional lainnya, kata Budi, masih relatif baik.
“Tapi karena penerbangan ini sebagian ke China 30 persen, mereka ini jadi rata-rata berkurang 30 persen,” tutur Budi.
Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama mengatakan akan ada pengalihan promosi wisata China ke negara lain. Wishnutama mengatakan negara lainnya yang juga berpotensi seperti Australia dan Amerika Serikat.
“Amerika gimana kita kerja sama dengan maskapai yang menuju ke Amerika misalnya, jadi nggak ada penerbangan langsung tapi bagaimana bekerja sama untuk promosikan pariwisata Indonesia,” ungkap Wishnutama.