REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Virus corona covid-19 yang menyebar cepat mulai mengganggu pengujian obat-obatan eksperimental di China. Hal ini menimbulkan ancaman terhadap rencana para pembuat obat global yang telah menginvestasikan miliaran dolar AS untuk memanfaatkan potensi kekuatan ekonomi Asia.
Basis data uji coba klinis AS mendata hampir 500 studi dengan sebuah situs di kota Wuhan, yang telah mengalami dampak terbesar dari wabah yang telah menewaskan lebih dari 1.100 orang dan menginfeksi lebih dari 44 ribu di China. Sekitar 20 persen uji coba global sekarang dilakukan di China, naik dari sekitar 10 persen dari lima tahun yang lalu, menurut Global Data Plc.
Meskipun masih terlalu dini untuk menilai sepenuhnya dampaknya pada uji klinis, industri farmasi diperkirakan akan terdampak apabila wabah ini berlangaung lebih lama lagi.
Upaya penanggulangan virus oleh pemerintah telah mempersulit pasien uji coba untuk mencapai rumah sakit yang menjalankan studi. Hal ini menurut hasil wawancara dengan dua organisasi penelitian kontrak yang melakukan uji coba untuk pembuat obat, perusahaan obat lokal dan dokter.
Yang lain takut terinfeksi jika mereka kembali ke fasilitas perawatan kesehatan untuk percobaan. "Rumah sakit tidak berfokus pada uji klinis saat ini. Mereka memiliki banyak hal lain untuk menjadi fokus," kata Ian Woo, presiden dan kepala keuangan Everest Medicines, yang sedang mengembangkan obat-obatan untuk pasar China.
Wabah telah menunda peluncuran studi baru. Pasalnya, organisasi penelitian seperti Med Biopharmaceutical Co mengatakan mereka tidak dapat mengirim staf untuk memantau situs percobaan.
Studi yang sedang berlangsung termasuk uji coba obat-obatan Novartis untuk kelainan darah langka, obat kanker dari BeiGene Ltd dan pengobatan untuk jenis arthritis tulang belakang dari produsen obat Cina Tasly Pharmaceutical Group.
BeiGene yang berbasis di Beijing, yang memiliki lebih dari 20 uji coba yang sedang berlangsung di Wuhan. Merrka mengatakan akan bekerja untuk meminimalkan potensi penundaan dan gangguan.
"Ini terlalu dini untuk berspekulasi tentang dampak spesifik pada uji klinis dan kemajuan komersial kami di China." kata perusahaan.