REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Sejarah mencatat salah satu peristiwa penting yang menjadi tonggak peradaban Islam, yakni Perang Yarmuk. Perang antara Muslim Arab dan kekaisaran Romawi Timur ini terjadi pada tahun 636 Masehi.
Menurut sejarah, Perang Yarmuk berlangsung pada 15 Agustus 636 M hingga 20 Agustus 636 M. Di saat Perang Yarmuk tengah berlangsung, umat Islam mendapat kabar duka dari wafatnya khalifah Abu Bakar as-Shiddiq. Abu Bakar as-Shiddiq wafat pada tanggal 8 bulan Jumadil Akhir tahun ke-13 Hijriyah, dan adapula yang menyebutkan beliau wafat pada 21 Jumadil Akhir 13 H
Dinamakan Perang Yarmuk, karena peperangan antara Islam dan Kristen ini berlangsung di lokasi tidak jauh dari lembah Yordania yakni Sungai Yarmouk. Sungai itu menjadi pusat perairan yang ditumbuhi tanaman, yang mengalir dari dataran tinggi Hawran ke lembah Yordania, tepat di selatan Laut Galilee.
Seperti dinukilkan dalam buku berjudul "Islam di Yordania, Maroko dan Spanyol" karya Mohamad Fadhilah Zein, Perang Yarmuk disebut berlangsung pada musim panas 636 M. Perang Yarmuk terjadi bersamaan dengan Perang Qadisiyah di Irak, yang menjadi salah satu konflik besar yang merupakan simbolisasi kemenangan Muslim di Fertile Crescent.
Perang Yarmuk ini terjadi pad saat Islam berada di bawah kepemimpinan khalifah Abu Bakar as-Shiddiq. Setelah menaklukan Persia, pada akhir tahun 12 H, Abu Bakar as-Shiddiq mengirimkan empat pasukan perang ke Suriah. Keempat pasukan itu masing-masing dipimpin oleh Amr bin Ash, Yazid bin Abu Sufyan, Abu Ubaidah bin Jarah, dan Syurahbil bin Hasanah.
Tim Dar Al-'Ilm dalam bukunya berjudul "Atas Sejarah Islam: Sejak Permulaan hingga Kejayaan Islam" menuliskan, bahwa rencana kaum Muslim itu lantas diketahui oleh bangsa Romawi. Sebab saat itu, Kaisar Heraclius tengah singgah di Hims. Heraclius kemudian menerapkan strategi untuk menyerang Muslim secara terpisah karena pasukan Muslim terpecah di bawah empat pimpinan.
Bahkan, ia juga mempersiapkan jumlah pasukan yang lebih banyak. Dikumpulkannya balatentara hingga 200 ribu orang, dan bahkan beberapa riwayat menyebutkan jumlahnya berkisar satu hingga satu setengah juta orang.
Pimpinan tentara yang besar diserahkan Heraclius kepada Jabalah ibnu Aiham, raja terakhir dari Kerajaan Ghassasinah, dibantu panglima Armenia bernama Mahan. Sedangkan tentara Islam disebutkan hanya berjumlah 24 ribu di bawah pimpinan Khalid in Al Walid.
Rencana Romawi ini diketahui oleh keempat panglima Islam, yang kemudian memutuskan untuk bersatu. Mereka lantas menjadikan Yarmuk sebagai tempat untuk berkumpul semua pasukan. Pasukan Romawi juga menuju selatan dan berkumpul di Yarmuk.
Perang yang ganas pun berlangsung di Yarmuk. Kemenangan kemudian berpihak kepada kaum Muslimin. Bahkan, tercatat, ada sekitar 70 ribu pasukan Romawi yang melarikan diri dan tercerai berai. Tatkala kekalahan pasukan Romawi ini sampai kepada Heraclius, sang kaisar kemudian melarikan diri dari Anthakiah menuju Konstantinopel. Menurut catatan sejarah, Heraclius kala meninggalkan Syam mengatakan, "Selamat tinggal Syria, dari seorang yang tidak akan mengharap kembali lagi."
Pasukan Muslim berhasil mengalahkan pasukan Romawi pada bulan Rajab 15 H atau Agustus 636 M. Namun di tengah berkecamuknya perang, surat dari utusan Abu Bakar tiba dan isinya memberitakan wafatnya Abu Bakar dan pengangkatan Umar bin Khattab sebagai khalifah selanjutnya. Selain itu, surat itu juga berisi pencopotan Khalid dan menunjuk Abu Ubaydah bin Jarrah sebagai panglima Perang. Menurut sejarawan, Perang Yarmuk terinspirasi oleh semangat kemenangan keagamaan.