Kamis 13 Feb 2020 13:32 WIB

Terowongan Istiqlal-Katedral Dinilai Jadi Ikon Toleransi

Terowongan Istiqlal-Katedral dinilai bumikan narasi toleransi.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Muhammad Hafil
Terowongan Istiqlal-Katedral Dinilai Jadi Ikon Toleransi. Foto: Sejumlah warga berjalan menuju Masjid Istiqlal untuk melaksanakan Salat Idul Adha seusai memarkir kendaraan bermotornya di Gereja Katedral, Jakarta, Minggu (11/8/2019). Otoritas Gereja Katedral di Jakarta selain menyediakan halaman gereja sebagai tempat parkir bagi warga muslim yang melaksanakan Salat Idul Adha.
Foto: Aprillio Akbar/Antara
Terowongan Istiqlal-Katedral Dinilai Jadi Ikon Toleransi. Foto: Sejumlah warga berjalan menuju Masjid Istiqlal untuk melaksanakan Salat Idul Adha seusai memarkir kendaraan bermotornya di Gereja Katedral, Jakarta, Minggu (11/8/2019). Otoritas Gereja Katedral di Jakarta selain menyediakan halaman gereja sebagai tempat parkir bagi warga muslim yang melaksanakan Salat Idul Adha.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana pembangunan terowongan bawah tanah yang menghubungkan kompleks Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral belakangan memantik pro dan kontra. Meski menuai banyak dukungan, namun ada juga pihak yang mempertanyakan urgensi 'terowongan silaturahim' tersebut dan menganggapnya sebagai agenda politik semata.

Staf Khusus Presiden, Ayu Kartika Dewi, pun ikut bersuara. Menurut Ayu meski pembangunan terowongan tidak menyelesaikan langsung masalah intoleransi, tetapi pembumian nilai toleransi melalui ikon atau simbol, justru memperkuat narasai tersebut. "Istiqlal-Katedral telah sejak lama jadi ikon toleransi, dan pembangunan terowongan silaturahim ini dapat memperkuat narasi (toleransi) tersebut)," ujar Ayu, Kamis (13/2).

Baca Juga

Selain ikon berupa terowongan, tetap penting dibentuk aktivitas dan program nyata yang bisa memperkuat toleransi serta memberi ruang diskusi. "Ini adalah tugas kita semua. Pemerintah, organisasi masyarakat, sekolah, keluarga. Upaya menumbuhkan bibit toleransi harus terus dilakukan," katanya.

Proyek ini sendiri telah direstui Presiden Joko Widodo (Jokowi). Presiden bahkan menyebut bahwa terowongan itu nantinya merupakan simbol silaturahim antarkedua umat beragama.

"Ada usulan dibuat terowongan dari Masjid Istiqlal ke Katedral. Tadi sudah saya setujui. Ini menjadi terowongan silaturahim. Tidak kelihatan berseberangan, tapi (terjalin) silaturahim," kata Jokowi di kompleks Masjid Istiqlal.

Jokowi juga menargetkan proses renovasi Masjid Istiqlal bisa rampung pada April 2020 atau tepat sebelum bulan Ramadhan. Diharapkan, masyarakat bisa menggunakan kawasan Masjid Istiqlal yang baru saja direnovasi pada Lebaran tahun ini.

Rencana pembangunan terowongan Masjid Istiqlal-Gereja Katedral disambut baik pemuka dari kedua agama, yakni Islam dan Kristen. Nantinya terowongan tersebut diproyeksikan bakal menjadi ikon toleransi dan kerukunan umat beragama di Indonesia.

Wakil Kepala Humas Masjid Istiqlal Abu Hurairah mengatakan, ikon toleransi di Indonesia memang diperlukan. Dia menyebut, rencana pembangunan terowongan yang akan masuk dalam tahap kajian detail.

"Terowongan itu nanti bisa jadi ikon toleransi di Indonesia," kata Abu.

Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Uskup Agung Ignatius Suharyo, juga mendukung rencana pembangunan terowongan bawah tanah yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral di Jakarta. Ignatius mengatakan, sudah ada pembicaraan awal antara masjid Istiqlal dan Katedral soal rencana terowongan silaturahim ini beberapa waktu lalu.

"Karena hubungan yang sudah familiar, pembicaraan itu informal. Ide yang dianggap bagus akhirnya sampai ke presiden," kata Ignatius. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement