REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana pembangunan terowongan bawah tanah yang menghubungkan kompleks Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral belakangan memantik pro dan kontra. Meski menuai banyak dukungan, namun ada juga pihak yang mempertanyakan urgensi 'terowongan silaturahim' tersebut dan menganggapnya sebagai agenda politik semata.
Staf Khusus Presiden, Ayu Kartika Dewi, pun ikut bersuara. Menurut Ayu meski pembangunan terowongan tidak menyelesaikan langsung masalah intoleransi, tetapi pembumian nilai toleransi melalui ikon atau simbol, justru memperkuat narasai tersebut. "Istiqlal-Katedral telah sejak lama jadi ikon toleransi, dan pembangunan terowongan silaturahim ini dapat memperkuat narasi (toleransi) tersebut)," ujar Ayu, Kamis (13/2).
Selain ikon berupa terowongan, tetap penting dibentuk aktivitas dan program nyata yang bisa memperkuat toleransi serta memberi ruang diskusi. "Ini adalah tugas kita semua. Pemerintah, organisasi masyarakat, sekolah, keluarga. Upaya menumbuhkan bibit toleransi harus terus dilakukan," katanya.
Proyek ini sendiri telah direstui Presiden Joko Widodo (Jokowi). Presiden bahkan menyebut bahwa terowongan itu nantinya merupakan simbol silaturahim antarkedua umat beragama.