Kamis 13 Feb 2020 14:14 WIB

Pemakaman Pekerja Seks Bangladesh Secara Islam Picu Polemik

Sebagian masyarakat menolak pemakaman Islami pekerja seks di Bangladesh.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Sebagian masyarakat menolak pemakaman Islami pekerja seks di Bangladesh. Makam (Ilustrasi)
Sebagian masyarakat menolak pemakaman Islami pekerja seks di Bangladesh. Makam (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DAKA— Hamida Begum adalah seorang pekerja seks komersial (PSK) di rumah bordil di Desa Daulatdia, Bangladesh. Dia meninggal beberapa waktu lalu pada usia 65 tahun karena mengalami sakit. 

Prosesi pemakaman Hamida Begum itu pun sempat menjadi polemik tersendiri di Bangladesh terlebih sebelumnya umat Islam menolak untuk melakukan shalat jenazah bagi seorang PSK.  

Baca Juga

PSK memang legal di Bangladesh, namun biasanya pekerja seks yang meninggal akan di kubur tanpa tanda.

Tapi berbeda dengan meninggalnya Hamida Begum, sekelompok pekerja seks meminta kepolisian setempat membujuk ulama yang sebelumnya enggan memimpin prosesi shalat jenazah dan pemakaman Hamida Begum agar membalikkan keputusannya.  

"Imam itu awalnya enggan memimpin shalat, tapi kami bertanya padanya, apa Islam melarang siapa saja ikut ambil bagian dalam shalat jenazah seorang pekerja seks. Dia tak punya jawaban," kata Kepala Kepolisian setempat, Ashiqur Rahman seperti dilansir Asian Image pada Kamis (13/2). 

Prosesi shalat jenazah dan pemakaman Hamida Begum pun akhirnya dapat terlaksana. Itu sekaligus menjadi prosesi pemakaman Islam pertama bagi pekerja seks di Bangladesh.

Pemakaman Hamida Begum yang berlangsung pekan lalu itu pun dihadiri para aktivis Bangladesh dan 200 orang lainnya. "Itu adalah adegan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Orang-orang menunggu sampai larut malam untuk bergabung shalat, mata para pekerja seks mengakir air mata," katanya. 

Putra Hamida Begum yakni Mukul Seikh juga putrinya, Laxmi yang berusia 35 tahun dan juga seorang pekerja seks turut hadir dalam pemakaman itu. "Saya akan memastikam bahwa semua saudara dan ibu di rumah bordil ini mendapatkan pemakaman yang layak seperti ini saya," kata Mukul. 

Begitupun dengan Laxmi, dia tak menyangka jenazah ibunya bisa diperlakukan dengan hormat. "Saya tak pernah bermimpi dia akan mendapatkan perpisahan yang begitu terhormat. Ibuku diperlakukan seperti manusia. Saya berharap mulai sekarang setiap wanita yang bekerja termasuk saya mendapat prosesi pemakaman seperti ibuku," katanya. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement